Jumat, 07 Oktober 2022

Majelis ilmu

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Yang Disebutkan Dalam Hadist Nabi SAW

Menuntut ilmu merupakan amalan wajib bagi setiap muslim. Selain bernilai pahala, mencari ilmu juga memiliki banyak manfaat. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:“Barangsiapa menempuh suatu jalan (jalan) untuk menimba ilmu, maka Allah pasti akan memudahkan jalan menuju surga baginya.” (HR.Muslim)
Sebenarnya ilmu bisa didapat dari mana saja, salah satunya melalui dewan pengetahuan. Dengan mengikuti majelis ilmu , seorang muslim dapat mempelajari agama Allah dengan baik dan benar.
Menghadiri majelis ilmu juga dapat membawa berkah dan ridho dari Allah SWT. 

Prioritas Menghadiri Majelis Pengetahuan

Dalam Islam , ilmu memiliki kedudukan yang penting. Ilmu bisa menjadi sedekah yang pahalanya tidak akan habis sampai seseorang meninggal.
Nabi SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, terputus amalnya, kecuali tiga hal: sedekah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.”Mengutip dari buku Wasiat Rasulullah SAW tentang Anak karya Muhammad Wifaqul, banyak sekali manfaat mengikuti majelis ilmu, antara lain sebagai berikut:
1. Jalan menuju surga dipermudah
Orang yang meninggalkan rumahnya untuk mencari ilmu akan mendapatkan jalan yang mudah menuju surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya masuk surga.” (HR At-Tirmidzi, Abu Daud, shahih Al-Albani dalam Sahih Abu Daud).
2 Memperoleh kedamaian dan rahmat dari Allah SWT
Ketenangan jiwa akan diperoleh seorang muslim ketika menghadiri majelis ilmu. Dia akan dilimpahi rahmat dan karunia oleh Allah SWT. Bahkan, para malaikat pun memuliakannya.
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitab Allah dan belajar dari satu sama lain, tetapi akan turun kepada mereka sakinah (damai), mereka akan diliputi rahmat. , mereka akan dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya" (HR. Muslim no. 2699).3. Termasuk jihad fii sabilillah
Menghadiri majelis ilmu adalah bagian dari jihad fi sabilillah . Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:
ل ا ا لِيتعلَّمَ لِّمَه ان المُجاهِدِ لِ اللهِ له لغيرِ لوَ ان الَّازرِ لى له له
“Barangsiapa masuk masjid kami (masjid Nabawi) untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka dia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barang siapa yang memasukinya bukan dengan tujuan itu, maka dia seperti orang yang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, anjuran Al Albani dalam Sahih Al Mawarid, 69).
(MSD)

Shalat berjamaah

*Keutamaan* dari menunaikan shalat berjamaah. Bahkan dinilai mampu meningkatkan peluang diterimanya shalat dibandingkan shalat sendirian. Apalagi mengingat bahwa shalat merupakan tiang agama yang tak boleh ditinggalkan oleh umat muslim.
Dalam Islam, bagi yang telah akil baligh diwajibkan menegakkan ibadah shalat fardhu lima waktu sehari. Hal ini bahkan ditegaskan dalam penggalan surat yang tercantum di Alquran, Allah SWT berfirman:
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS. Al-Isra ayat 78)
Ibadah shalat bisa diterima, membutuhkan berbagai macam persyaratan. Baik dari memenuhi syarat sah shalat dan rangkaian rukun yang harus dilakukan sesuai kaidah yang ditentukan. Ditambah lagi, dibutuhkannya keikhlasan dan kekhusyukkan di dalamnya. Demi menciptakan hubungan dengan Sang Khalik.
Manfaat shalat berjamaah yang paling terkenal ialah peluang yang sangat tinggi untuk diterima shalatnya, serta menerima derajat pahala 27 kali lipat. Belum lagi manfaat luar biasa lainnya yang patut umat muslim ketahui.
Simak sejumlah manfaat shalat berjamaah beserta dalilnya berikut ini, seperti dihimpun dari NU Online, Selasa (15/2).

Manfaat Shalat Berjamaah

Keutamaan atau manfaat shalat berjamaah harus bisa diraih secara kolektif. Artinya komitmen bersama sebelum menunaikan shalat berjamaah sudah dibangun oleh para jemaah sejak awal. Semisal jeda waktu antara adzan dan iqamah, yang telah disepakai bersama. Sebagai penanda akan dimulainya shalat berjamaah.
Shalat berjamaah merupakan amalan baik yang mendatangkan banyak manfaat. Berikut ini secara singkat, keutamaan atau manfaat shalat berjamaah bagi umat muslim yang mengerjakan:

Amalan yang menghindarkan dari siksa api neraka.

Menyelamatkan diri dari sifat munafik.

Salat berjamaah bisa meningkatkan peluang diterimanya ibadah shalat. Jika dibandingkan dengan shalat munfarid atau yang dilakukan sendiri.

Diampuni segala dosa oleh Allah SWT.

Diberikan pahala yang berlipat ganda, yakni orang yang mengerjakan shalat berjamaah diyakini akan mendapat pahala sebanyak 27 derajat.

Shalat berjamaah bisa menghilangkan perasaan ragu dan waswas.

Salat berjamaah bisa menjauhkan diri dari godaan setan yang mungkin bersemayam dalam tubuh manusia.



Dalil Keutamaan Shalat Berjamaah

Terdapat sejumlah hadits dan penggalan ayat dari kitab suci Alquran yang dijadikan sebagai sumber dasar, betapa pentingnya menunaikan shalat berjamaah. Dari pada menunaikannya secara munfarid atau shalat sendirian.
Dipandang dari segi sosial, shalat berjamaah meningkatkan hubungan antar masyarakat, menimbulkan keakraban, saling toleransi, dan banyak hal positif lainnya. Bahkan seperti ajaran Islam mengenai kesetaraan. Saat berjamaah, kita akan menghilangkan ego, perbedaan kaya dan miskin, serta dengan penuh kerendahan hati semua tunduk pada Sang Khalik.
Lantas Allah SWT berfirman dalam Alquran, bahwa orang Islam yang memakmurkan tempat ibadah termasuk orang beriman.

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah." (QS. At-Taubah ayat 18)
Shalat yang Sempurna
Dalam hadits lain, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rosulullah bersabda:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ جَارَ الْمَسْجِدَ اِلاَّ بِالْجَمَاعَة وَفِى رِوَايَة اِلاَّ فِى الْمَسْجِد - رواه احمد

"Tidak sempurna shalat seseorang yang bertetangga dengan masjid kecuali dengan berjamaah (Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid)."
Pentingnya Berjamaah
Dalam hadits diceritakan betapa luar biasanya pahala dari berjamaah. Andai pahala tersebut bisa dilihat secara kasat mata, mungkin orang akan rela berjamaah meski harus tertatih.
“Tidaklah ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi sholat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjamaah) meskipun dengan merangkak.” (Muttafaqun 'Alaih)


Makna Pahala 27 Derajat

Manfaat shalat berjamaah, berupa perolehan 27 derajat. Hal ini disebutkan tak bisa didapatkan oleh umat muslim yang menunaikannya sendirian. Tertuang dalam hadits berikut:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah melampaui shalat sendirian dengan (mendapatkan) 27 derajat.” (HR. Bukhari)
Penentuan bilangan 27 dalam hadits tersebut merupakan sesuatu yang bersifat ta’abbudi atau tidak dapat dijangkau oleh akal. Makna dari 27 derajat tersebut, oleh para ulama disebutkan keunggulan dari shalat berjamaah. Seraya membandingkan orang yang shalat sendirian terlampau selisih 27 shalat.
Mengartikan kata “derajat” dengan kata “shalat” ini dilandaskan dalil ditemukannya hadits dengan riwayat lain. Menjabarkan mengenai keutamaan atau manfaat shalat berjamaah dengan menggunakan redaksi “shalat” sebagai ganti dari kata “derajat”.
Hal ini seperti disampaikan oleh Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied:
ــ (قوله درجة) قال ابن دقيق العيد الأظهر أن المراد بالدرجة الصلاة ؛ لأنه ورد كذلك في بعض الروايات

"Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied berkata: “pendapat yang paling jelas adalah mengartikan kata “derajat” dengan arti “shalat” karena terdapat penggunaan redaksi “shalat” dalam sebagian riwayat (hadits)” (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 7, hal. 370)

Hukum 

Terdapat sejumlah hukum dalam melaksanakan shalat berjamaah yang beragam dan patut diketahui oleh umat muslim, yakni:

Fardhu ain: hukum yang menyatakan bahwa shalat Jumat wajib dilakukan secara berjamaah, yakni bagi kaum laki-laki sehingga jika tidak dilaksanakan secara berjamaah maka hukumnya tidak sah.

Fardhu kifayah: kewajiban kolektif, yaitu ketika ada sebagian masyarakat yang mengerjakan shalat berjamaah maka kewajiban masyarakat lainnya sudah gugur. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada yang mengerjakan shalat secara berjamaah sehingga seluruh masyarakat bisa mendapatkan dosa.

Sunah: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum sunah, yakni baik dilakukan berjamaah, seperti shalat Idulfitri, Iduladha, Istiwa, dan sebaginya.

Mubah: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum mubah, yaitu pada shalat-shalat yang tidak disyariatkan untuk berjamaah. Seperti shalat dhuha dan shalat rawatib atau sebelum dan sesudah shalat.

Khilaful ula: ketika terjadi perbedaan niat antara imam dan makmum. Misalnya imam berniat untuk melakukan shalat biasa bukan qadha, tapi makmum yang mengikuti berniat shalat qadha, atau sebaliknya.

Makruh: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum makruh, jika seseorang melakukan shalat berjamaah dengan imam yang fasik.

Haram: shalat berjamaah haram dilakukan jika berada di atas tanah hasil rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal sehingga shalat yang dilaksanakan menjadi tidak sah.



Senin, 19 September 2022

Kesederhanaan yg Jahat

🟧🟨
https://hajinews.id/2022/09/11/kesederhanaan-yang-jahat/

*Kesederhanaan yang Jahat*

_Oleh: 💬Smith Alhadar_
_Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe)_

*Hajinews.id* - Di suatu negeri yang rakyatnya selalu ditipu, muncul pemimpin berpenampilan sederhana. Namanya Coro. Kemejanya selalu putih lengan panjang yang digulung, yang mengesankan seorang guru arif bijaksana. Wajah dan pikirannya betul-betul menyerupai rakyat.
Ia pun berjanji akan membabat korupsi hingga ke akar-akarnya dan menyejahterakan seluruh rakyat. Maka rakyat dari mana-mana bergegas menyatakan sumpah setia kepadanya. Juga para intelektual dan akademisi. “Baru kali ini langit mengutus kepada kita pemimpin dari kalangan kita sendiri, yang akan membebaskan kita dari penindasan yang kita warisi dari nenek moyang sejak dulu kala,” kata mereka optimis, “inilah saatnya kita bangkit”.
Coro kemudian berkeliling hingga daerah terjauh, menggendong anak-anak desa yang dekil, masuk ke dalam gorong-gorong, dan menolak berkumpul dengan elite dunia karena bicara dengan mereka membuat ia ngantuk. Sering juga ia membagi-bagi sembako dan sejumlah kartu sakti kepada rakyat yang belum pernah senang seumur hidup mereka.
“Jangan-jangan dia nabi baru,” mereka menduga-duga. Toh, umumnya Nabi diutus dari kalangan rakyat. Dugaan itu berubah menjadi keyakinan ketika Coro membangun banyak jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. “Bukan main!” Coro pun sering berpura-pura terkejut manakala para pembantunya mengeluarkan kebijakan yang mengecewakan rakyat. Keterkejutan Coro penting untuk mengesankan dia tak mendukung kebijakan itu. Dia tetap dari rakyat untuk rakyat. Ketika ada yang mempertanyakan perangai dan kebijakannya, segera saja buzzerRp mem-bully-nya.
Bagaimanapun, tak semua orang terhipnotis oleh kesederhanaannya, yang membuat Coro terganggu. Para cerdik pandai yang masih waras tak percaya pada keseluruhan dirinya. Setelah mengamati perangai, kebijakan, dan motif-motifnya, mereka berkata, “Awas, kita sedang berhadapan dengan bunglon. Dia bukan orang sederhana dalam ambisi. Tak lain dan tak bukan dia seorang yang bebal, penuh tipu muslihat, ambisius, ngawur. Dan jahat.”

Bahkan, Coro dipandang membahayakan negara karena melayani kepentingan oligarki. Lihat, ia menghidupkan KKN, lembaga anti-rasuah dilemahkan, anak dan menantunya diberi kekuasaan atas nama demokrasi. Dan ia tak henti-hentinya mencari jalan agar berkuasa lebih lama. Tiga periode. Juga atas nama demokrasi. Tapi pandangan kritis ini disambut pendukungnya dengan nyinyir.
Sebaliknya, Coro mulai ketakutan. “Kalau rakyat tahu siapa aku sebenarnya bisa berabe”. Maka dimulailah episode penangkapan orang-orang yang kritis, bahkan ada yang dibunuh. Ormas yang lancang dibubarkan. Stigma dibuat untuk mengintimidasi mereka.

Dan bukan main senangnya Coro ketika menyaksikan pendukungnya tetap militan. Padahal, ia sendiri heran. Kok bisa-bisanya mereka menari di atas gendang yang ditabuhnya. Terutama para intelektual dan akademisi. “Ternyata para cendekia pun mudah dibodohi,” katanya dalam hati.
Dukungan rakyat yang sangat kuat ini, tanpa mereka sadari, mendorong Coro melangkah lebih jauh. Dikeluarkanlah berbagai UU yang kontroversial hasil perselingkuhannya dengan oligarki politik dan ekonomi. UU yang merugikan buruh, rakyat, lingkungan, dan membahayakan negara.
Untuk semua ini memang sempat muncul berbagai demonstrasi, besar maupun kecil, tapi tak berkelanjutan karena Coro masih menikmati dukungan rakyat.
Lalu, tak disangka-sangka, pandemi covid-19 merebak yang berdampak luar biasa pada situasi ekonomi dan politik semua negara. Beberapa pemimpin dipaksa kehilangan kekuasaan karena gagal menangani penyakit itu.

Tapi, di negeri ini, wabah itu justru dilihat Coro — setelah mendapat masukan dari elite yang menjadi brain-nya — sebagai blessing in disguise. Terbuka kesempatan untuk mendegradasi demokrasi, kebebasan, HAM, mempermainkan hukum, dan melanggar konstitusi. Juga menjustifikasi penambahan utang yang dipakai untuk membiayai infrastruktur secara ugalan-ugalan.

Kecuali kekecewaan mereka yang sudah sejak awal meragukan kualitas Coro, dukungan rakyat padanya tetap saja kuat. Berbagai bansos dipandang rakyat sebagai wujud cinta kasih Coro kepada mereka. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa bansos itu diperoleh dari duit mereka sendiri, bukan dari kantong Coro, dan bahwa itu sudah menjadi kewajiban konstitusional pemimpin untuk mengayomi mereka.
Ketika minyak goreng hilang dari pasaran atau, kalau ada, harganya selangit — yang membuat mak-mak mengalami mimpi buruk — Coro tampil berlagak pahlawan dengan memarahi pembantunya, diikuti beleid yang ngawur: melarang ekspor komoditas itu demi membanjirinya ke pasar domestik dengan harga terjangkau. Bukannya saja target itu tak berhasil, tapi juga memukul secara telak petani sawit. Rakyat kecil tetap berjibaku selama berbulan-bulan untuk mendapatkan minyak goreng. Coro menyalahkan mafia. Tapi mafia itu adalah pembantunya sendiri yang bekerja sama dengan oligarki. Rakyat mulai sedikit kritis. “Apakah benar Cokro seorang nabi?”

Perang Ukraina memunculkan tantangan baru: harga energi dan pangan dunia melejit tinggi. Inflasi di mana-mana. Rantai padok dunia terganggu. Bunga bank negara-negara besar dinaikkan untuk memerangi inflasi, yang menyebabkan cash flow dari negara-negara miskin dan berkembang. Perang ini belum akan selesai dalam waktu dekat sehingga dunia terancam resesi.
Kalau demikian, negeri pimpinan Cokro akan juga terpukul. Bahkan, dampaknya sudah muncul, terlihat dari meningkatnya harga kebutuhan pokok. Hal ini diperparah oleh beleid Coro menaikkan harga BBM ketika di pasar global harganya sudah turun di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
Dengan berpura-pura sedih Coro mengatakan APBN tak sanggung menahan beratnya subsidi yang lebih banyak dinikmati mereka yang berpunya. Bagaimanapun, para tokoh bijak menganggap tak sepatutnya Coro menaikkan harga BBM pada saat ini, yang meningkatkan biaya semua barang dan jasa sehingga memperdalam dan memperluas kemiskinan. Juga pengangguran.
Maka, rakyat yang bertanya “Apakah benar Coro seorang nabi?” bertambah banyak. Pasalnya, menurut para ekonom kritis yang sungguh-sungguh mencintai rakyat, Coro punya cara lain untuk menambal defisit APBN dengan menghentikan pembangunan IKN yang tidak urgen, sungguh-sungguh memerangi korupsi, melakukan renegosiasi bunga utang yang mengkhawatirkan, dan menghemat pengeluaran yang tidak perlu.

Lagi pula, menurut para ekonom itu, dalih Coro bahwa subsidi BBM mencapai Rp 500 triliun adalah bohong belaka. Memang gemar berbohong sudah jadi karakter Coro. Situasi ekonomi yang melilit leher rakyat ini telah mendorong berbagai elemen bangsa turun ke jalan. Mungkin sekali di antara mereka terdapat orang-orang yang sudah siuman dari pembiusan Coro.
Kendati demikian, Coro tetap menyibukkan diri dalam politik elektoral di mana ia ingin menjadi penentu siapa yang akan menjadi penggantinya. Maka, ia mengeluarkan jurus jahat. Relawan-relawan pendukungnya ia datangi di mana pun mereka berada meskipun konstitusi tak membolehkan dia mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Kepada mereka ia mengeluarkan perintah untuk bersabar dalam menentukan calon penggantinya sampai ia mengeluarkan instruksi untuk itu.

Sangat jarang di negara demokrasi modern yang mengharuskan pemainnya taat etika dan norma seorang out going leader secara terbuka aktif mengotak-atik agenda partai politik yang bukan partainya. Terutama mengarahkan parpol yang para ketuanya adalah orang-orang bermasalah alias pasien rawat jalan. Artinya, Coro memanfaatkan kebobrokan mereka untuk tujuan-tujuan pribadi sebagaimana diajarkan mentornya.
Kepada mereka ia mengeluarkan perintah disertai ancaman untuk tidak mencapreskan seorang pemimpin daerah yang punya reputasi gemilang dan berpotensi memenangkan pemilihan presiden. Namanya Aziez. Tokoh ini dulu berjasa besar dalam membawa Coro ke tampuk kekuasaan. Kini ia dipandang sebagai musuh hanya karena ia terlalu independen, terlalu pandai, terlalu bersih, dan tak akan tunduk pada kemauan oligarki. Lihat, dia menghentikan proyek oligarki di daerahnya bernilai ratusan triliun karena proyek itu didapat dengan cara yang tidak semestinya, merugikan nelayan kecil, dan merusak lingkungan.

Aziez juga punya visi-misi sendiri untuk memajukan negerinya, bukan visi-misi Coro. Dengan kata lain, ia tak akan melanjutkan kebijakan dan proyek pembangunan Coro kalau hal itu tidak urgen dan membebani keuangan negara.
Dus, Coro khawatir proyek oligarki IKN tak dilanjutkan. Dan bisa saja, karier politik, anak, nenantu, dan iparnya terhenti. Coro juga khawatir modal usaha anak-anaknya yang diduga didapat dari oligarki yang bermasalah akan dipermasalahkan.

Maka, kuat dugaan ia menginstruksikan kepada lembaga anti-rasuah untuk segera menjadikan Aziez tersangka korupsi terkait hajat balap mobil listrik Formula-E. Tujuannya: menjegal Aziez nyapres. Namun, aksi vulgar yang berbau moral hazard ini, yang berakumulasi dengan tekanan ekonomi rakyat, serentak membangunkan pendukungnya juga.
Sebagian bukan simpatisan Aziez, tapi mereka tak bisa menerima kezaliman Coro atas tokoh hebat yang santun itu. Hajat Formula-E itu sukses besar, dipuji para pembalap, sponsor, dan komunitas internasional. Lebih daripada itu, lembaga-lembaga resmi yang punya wewenang terkait itu menyokongnya. Dan sama sekali tak ada korupsi di dalamnya.

“Oh, ternyata Coro bukan pemimpin sederhana. Ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,” kata mereka, “ia lebih mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga, dan oligarki ketimbang kemajuan negeri dan kesejahterakan kita. Ayo, lawan!” [suaranasional]

https://hajinews.id/2022/09/11/kesederhanaan-yang-jahat/

Jumat, 01 Oktober 2021

PKI MEMANG PEMBERONTAK

Bismillaah.
PKI Memang Memberontak 
(Jangan Memutar Balikan Sejarah) 
==========================

Kemarin pagi di acara AKI (Apa Kabar Indonesia) Pagi, sekitar jam 06.40 wib, TV One menghadirkan dr. Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S PKI. Pak Amoroso Katamsi ditanya, umur berapa beliau ketika memerankan Soeharto. Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun 1981 beliau berumur 43 tahun. 
Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI terjadi. Beliau menjawab spontan "umur 27 tahun".
Ini artinya sinkron, beliau lahir tahun 1938.
Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai, tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja. 

Beliau lalu ditanya, apa yang diingatnya seputar kejadian tanggal 30 September  1965 dan sesudahnya. 
Pak Amoroso menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, RRI menyiarkan pidato Letkol Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan Dewan Revolusi,  kemudian mendemisionerkan kabinet, dll. Pokoknya seperti yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto. 

Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang dirinya ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab "SAMA! Sama dengan yang saya tahu".
Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI, karena dia tergabung dalam HMI. 

Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu sudah berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (djaman doeloe bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya cuma tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), seorang aktivis mahasiswa saat itu,  semestinya lebih layak dipercaya ketimbang kesaksian seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma tahu bahwa bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia tidak tahu. Anak kecil mana mudheng siaran berita serius. 

Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal, yang sepanjang hidupnya tidak bermasalah soal integritas dirinya, juga lebih layak untuk dipertimbangkan ketimbang cerita seseorang yang pernah melakukan tindakan kebohongan. 

*** *** ***

Dua tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa negara akan meminta maaf kepada PKI, plus adanya "pengadilan/gugatan" yang digelar di negeri Belanda, mengadili negara Republik Indonesia, dimana pak Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana, acara ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.
Saat itu dihadirkan putera puteri jendral korban G30S dan juga anak tokoh PKI.
Putri para jendral yang  hadir saat itu ibu Amelia Yani dan ibu Catherine Pandjaitan. 

Putri jendral Ahmad Yani, ibu Amelia Yani bercerita apa yang dia alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan oleh pasukan Tjakra Bhirawa dan diminta segera ikut mereka dengan alasan dipanggil Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu untuk mandi dulu, namun tidak diijinkan karena harus cepat. Akhirnya Pak Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti baju, namun anggota Tjakra Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak Jendral Ahmad Yani dari belakang.

Apa yang diceritakan ibu Amelia Yani sama dengan yang ada dalam adegan film G30S PKI. Saat itu bu Amelia Yani usianya sudah belasan tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid.

Putri Jendral DI Pandjaitan, ibu Catherine, juga bercerita bagaimana beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses ayahnya dibunuh dengan sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon rumahnya, ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditembak tepat di kepala oleh Tjakra Bhirawa. Kemudian tubuhnya diseret sampai ke depan rumah. Lalu ketika di depan pagar rumah, tubuh jendral DI Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian dimasukkan ke dalam truk. 

Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang diseret, tapi tentu saja tak terkejar. Dalam keputus-asaan dia histeris dan meraupkan ceceran darah bapaknya ke wajahnya. Catherine mengakui memang itu yang dilakukannya saat itu, sama persis dengan yang digambarkan dalam adegan film. 

Kesaksian Catherine 2 tahun lalu, diulang tadi malam se kitar jam 8 di iNews TV. Ibu Catherine diwawancarai secara live by phone oleh host iNews, dan ditanya pendapatnya soal nyinyiran sebagian masyarakat yang mengatakan film G30S PKI adalah TIDAK SESUAI dengan kejadian sebenarnya alias TIDAK BENAR. 
Catherine balik mempertanyakan : bagian mana yang tidak benar?! 

Beliau kembali mengulang cerita kejadian 52 tahun lalu, sama persis dengan yang diceritakannya saat diundang hadir di ILC, 2 tahun lalu. 
Sampai pada bagian dia melihat bapaknya dipukul dengan senjata lalu ditembak di kepala hingga otaknya berceceran, Catherine mengaku dia masih merinding saat menceritakan itu. Shocknya tidak mudah hilang bertahun-tahun karena dia menyaksikan sendiri kejadiaan malam itu, saat usianya 17 tahunan.

*** *** ***

Jajang C. Noor, istri almarhum Arifin C. Noor sang sutradara film G30S PKI, malam ini juga dihadirkan di iNews TV. Saat pembuatan film tersebut, Jajang menjadi pencatat adegan. Dia bercerita bahwa suaminya melakukan riset selama 2 tahunan untuk membuat film itu. Semua istri para pahlawan revolusi diminta menceritakan kejadian yang mereka alami saat rumah mereka mendadak didatangi pasukan Tjakra Bhirawa. Para ibu itu didampingi putra dan putrinya yang ikut menjadi saksi hidup. Khusus ibu Ahmad Yani yang malam itu tidak sedang berada di rumah, karena sedang di rumah dinas, kesaksian diberikan oleh anak-anak beliau. Bahkan ibu Ahmad Yani sampai nyaris pingsan ketika mengetahui bagaimana kematian suaminya. 

Menurut Jajang, setiap peristiwa penculikan jendral shootingnya selama 1 minggu. Misalnya serangkaian shooting peristiwa penculikan dan pembunuhan Jendral Ahmad Yani, waktunya satu minggu. Shooting kejadian di rumah Pak Nasution juga satu minggu, begitu pula shooting di rumah korban yang lainnya.
Uniknya,  shooting schene penculikan secara tidak sengaja selalu tepat pada malam Jum'at. Sama dengan kejadian sebenarnya yang terjadi pada Kamis malam Jum'at.

Setiap shooting film, anggota keluarga jendral yang bersangkutan selalu hadir untuk menyaksikan adegan demi adegan, untuk memastikan akurasinya. Apalagi lokasi shooting memang di rumah kediaman tempat kejadian sebenarnya berlangsung. 

Jadi, dimana letak ketidakbenarannya?! 

Kalau soal Aidit merokok, diakui oleh Jajang bahwa itu memang tafsiran Arifin untuk menggambarkan seseorang yang sedang mencari ketenangan di tengah ketegangan, biasanya merokok. Efek asap diperlukan oleh sutradara untuk memberikan efek dramatisasi suasana. 
Hal ini dibenarkan oleh Prof. Salim Said Selasa malam di acara ILC, bahwa tafsiran sutradara itu sesuatu yang LUMRAH untuk memberikan dampak dramatis dalam suatu adegan. 

Jadi tidak layak diributkan, hanya karena adegan Aidit merokok maka semua adegan dalam film itu bohong. 

Lagipula, Ilham Aidit hanya meributkan soal  bapaknya yang tidak merokok, bukan? Tapi dia tidak bisa membantah alur gerakan 30 September malam itu.  Anak umur 6 tahun mana tahu hal-hal  serius? Sesuai dengan usianya yang dia tahu hanyalah bermain, makan dan mungkin ingatan tentang kenangan manis bersama keluarga terdekat. 

Ade Irma Suryani Nasution saat itu juga berumur 6 tahun. Dia juga tidak paham apa yang sedang terjadi malam itu.
Itu sebabnya dia tertembak. Kalau saja dia sudah dewasa atau minimal remaja, tentu nalurinya akan merasa takut dan logikanya pasti akan menuntunnya untuk berlindung, cari aman. 
Justru karena dia bocah cilik lugu yang tak tahu apa-apa, maka malam itu dia menjadi martir.

*** *** ***

Soal dipilihnya Arifin C. Noor sebagai sutradara, Jajang bercerita saat itu Pak Dipo (G. Dwipayana), Direktur PPFN (Pusat Produksi Film Negara), mencari sutradara yang akan diminta untuk membuat film sejarah tentang peristiwa G30S PKI. 
Goenawan Mohammad menyarankan nama Arifin C. Noor dan Teguh Karya sebagai sutradara kawakan saat itu. 
Pak Dipo kemudian memilih Arifin.

Jadi, kalau akan dibuat film baru soal peristiwa G30S PKI, sanggupkah menghadirkan saksi mata yang masih hidup dari setiap pelaku dan korban?! 
Istri para Jendral pahlawan revolusi, setelah 52 tahun berlalu, saya yakin sudah banyak yang wafat (atau malah sudah wafat semuanya?).
Putera puteri para pahlawan revolusi yang saat peristiwa itu terjadi berusia setidaknya 17 tahun, sekarang mestinya berusia 69 tahun.

Masa iya yang akan dijadikan rujukan adegan adalah anak usia 5-6 tahun saat itu? Malah jadi meragukan dan konyol. 
Alih-alih membuat film yang lebih akurat, bisa jadi malah makin banyak meleset dari aslinya.
Jangan sampai nanti para jendral yang sudah mengorbankan nyawanya itu justru jadi tokoh antagonis dan para anggota PKI justru jadi "korban" yang layak diberi simpati.

PKI kan bukan hanya 30 September 1965 saja melakukan pemberontakan keji dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Bukankah tahun 1926-1927 dan tahun 1948 PKI juga memberontak??! 

Anehnya, mereka yang ngotot PKI tidak bersalah dan hanya jadi korban, biasanya tidak mampu menjawab kalau disodorkan fakta pemberontakan PKI tahun 1948.
Itu sebabnya mereka hanya berputar-putar di seputar peristiwa G30S PKI saja. 
Tak ada argumen apapun yang mampu menyanggah kekejaman PKI tahun 1948.

Kalau mau membuat film tentang PKI, sekalian saja dibuat panjang, mulai pemberontakan tahun 1926-1927 dan tahun 1948. Agar generasi muda sekarang lebih bisa memotret sejarah secara utuh dan mendapat gambaran tentang PKI dengan lebih komplit.

Embie C. Noor,  adik almarhum Arifin C Noor, yang menjadi ilustrator musik di film G30S PKI, mengatakan senang sekali jika film bisa dibalas dengan film juga. 

Tapi yang terpenting jangan ada pemutarbalikan sejarah!

*KISAH BENGIS PKI*
MELAWAN PIKUN

Bukan melawan lupa seperti TV ituu...
(Copas)
Sejarah Indonesia pasca merdeka ditandai dengan adanya pemberontakan *Partai Komunis Indonesia (PKI)*. 

Didahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah.

Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, para ulama, santri, pejabat, dan polisi.

Aksi dalam bentuk kekerasan terjadi di beberapa daerah, berikut diantaranya:

- *Tegal* dan sekitarnya. Kekejian pertama PKI yaitu pada penghujung tahun 1945, tepatnya oktober. Di kota ini, ada seorang pemuda PKI di slawi, tegal, jawa tengah, berjuluk Kutil (nama asli Sakyani), telah menyembelih seluruh pejabat pemerintah disana. Kutil juga melakukan penyembelihan besar-besaran di brebes dan pekalongan. Si Kutil mengarak Kardinah (adik kandung RA Kartini) keliling kota dengan sangat memalukan, syukurlah ada yg sempat menyelamatkan Kardinah, tepat beberapa saat sebelum Kutil memutuskan mengeksekusi Kardinah.

- *Kota Lebak, Banten*. Kekejian datang dari Ce'Mamat, pimpinan gerombolan PKI dari Lebak (Banten) yg merencanakan menyusun pemerintahan model Uni Soviet. Gerombolan Ce'Mamat berhasil menculik dan menyembelih bupati Lebak R.Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9 desember 1945.

- *Jakarta, Jalan Oto Iskandar Dinata* di selatan kampung melayu. Ingatlah kisah pembunuhan tokoh nasional Oto Iskandar Dinata yg dihabisi secara keji oleh laskar hitam ubel-ubel dari PKI, pada desember 1945.

- *Sumatera Utara*, ternyata banyak menyimpan kisah miris. Sebab PKI juga menumpas habis seluruh keluarga (termasuk anak kecil) Istana Sultan Langkat Darul Aman di tanjung pura, pada maret 1946, serta merampas harta benda milik kerajaan. Dalam peristiwa ini, putra mahkota kerajaan Langkat, Amir Hamzah (banyak dikenal sebagai penyair), ikut tertumpas. Tak ada lagi penerus kerajaan Langkat.

- *Dibelahan lain Sumatra, pematang siantar*. PKI menunjukkan kebrutalannya. Pada 14 mei 1965, PKI melakukan aksi sepihak menguasai tanah-tanah negara. Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX bandar betsi. Pembantu letnan dua yg sedang ditugaskan di perkebunan kebetulan menyaksikan aksi perilaku anggota PKI tersebut. Sudjono pun memberi peringatan agar aksi dihentikan. Anggota PKI bukannya pergi, justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya, Sudjono tewas dengan kondisi yg amat menyedihkan.

- *Berbagai kota di jawa timur*. Kekejian di jawa timur, yaitu saat Gubernur Jawa Timur RM Soerjo, pulang dari lawatan menghadap Soekarno. Di tengah jalan, mobil Gubernur Soerjo bersama dua pengawalnya dicegat pemuda rakyat PKI, lalu diseret menggunakan tali sejauh 10 kilometer hinga meregang nyawa, lalu mayatnya dicampakkan di tepi kali.

- *Madiun,* PKI menusuk dubur banyak warga desa Pati dan Wirosari (Madiun) dengan bambu runcing. Lalu, mayat mereka ditancapkan di tengah-tengah sawah, hingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Salah C diantaranya wanita, ditusuk kemaluannya sampai tembus ke perut, juga ditancapkan ke tengah sawah.

- *Magetan,* Algojo PKI merentangkan tangga melintang di bibir sumur, kemudian bupati magetan dibaringkan diatasnya. Ketika telentang terikat itu, algojo mengggergaji badannya sampai putus dua, lalu langsung dijatuhkan ke dalam sumur.

- *Kyai Sulaiman dari Magetan* ditimbun di sumur Soco bersama 200 orang santri lainnya, sembari tetap berdzikir, pada september 1948.

- *Kisah Kyai Imam Musyid Takeran* yg hilang tak tentu rimbanya, genangan darah setinggi mata kaki di pabrik gula gorang gareng, ayah dari Sumarso Sumarsono yg disembelih dibelakang pabrik gula, baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun. Bahkan para PKI mengadakan pesta daging bakar Ulama dan santri di lumbung padi.

- *Kisah Isro* yg sekarang menjadi guru di jawa timur. Ketika dulu masih berumur 10 tahun pada tahun 1965, Isro hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yg sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah dan hanya bisa dimasukkan ke dalam kaleng.

- *Blora,* pasukan PKI menyerang markas Kepolisian Distrik Ngawen pada 18 september 1948. Setidaknya, 20 orang anggota polisi ditahan. Namun, ada 7 polisi yg masih muda dipisahkan dari rekan-rekannya. Setelah datang perintah dari Komandan pasukan PKI Blora, mereka dibantai pada tanggal 20 september 1948. Sementara, 7 orang polisi muda dieksekusi secara keji. Ditelanjangi, kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi terluka parah 7 orang polisi dibuang ke dalam kakus/jamban (WC) dalam kondisi masih hidup, baru kemudian ditembak mati.

- *Desa Kresek, Kecamatan wungu, Dungus*. PKI membantai hampir semua tawanannya dengan cara keji. Para korban dtemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak. Di antara para korban, ada anggota TNI, polisi, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan Ulama.

- *Wonogiri, Jawa Tengah*, ternyata akrab dengan amis darah kekejian PKI yg menculik pejabat pemerintahan, TNI, Polisi, dan Wedana. Semua dijadikan santapan empuk PKI di sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Saat itu PKI menyekap 212 orang, kemudian dibantai satu per satu dengan keji pada 4 oktober 1948.

- *Kecamatan Kras, Kediri.* Training Pelajar Islam Indonesia tanggal 13 januari 1965, diserang oleh PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Massa komunis ini menyiksa dan melakukan pelecehan seksual terhadap para pelajar islam perempuan. Tidak hanya sampai disitu, massa PKI pun menginjak-injak al-Qur'an. Mereka pun memiliki pertunjukan Ludruk dari LEKRA dengan lakon "Matinya Gusti Allah", dan berbagai lakon lain yg biadap dan tak bisa dimaafkan.

- *Lubang Buaya Jakarta* adalah bukti otentik aksi kejam PKI dengan gerakan 30 September 1965. Tidak tanggung-tanggung 6 orang jenderal (Letjen TNI A.Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI MT Hardjono, Mayjen TNI S.Parman, Brigjen TNI DI. Panjaitan, Brigjen TNI Soetodjo Siswomiharjo), ditambah Lettu Piere Andries Tendean, dimasukkan kedalam sumur. Para Gerwani dan Pemuda Rakyat bersorak dan bergembira ria melihat para jenderal dimasukkan ke dalam sumur lubang buaya di Jakarta Timur.

*Semua negara Komunis* di dunia ini melakukan pembantaian dan penyembelihan kepada rakyatnya sendiri. 
500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923), 
6.000.000 petani kulak Rusia dibantai Stalin (1929), 
40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953), 
50.000.000 penduduk rakyat cina dibantai Mao Tse Tung (1947-1976),
2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979), 
1.000.000 rakyat eropa timur diberbagai negara dibantai rezim Komunis setempat dibantu Rusia Soviet (1950-1980),
150.000 rakyat Amerika Latin dibantai rezim komunis disana,
1.700.000 rakyat diberbagai negara di Afrika dibantai rezim Komunis, 
dan 1.500.000 rakyat Afghanistan dibantai Najibullah (1978-1987).

Barangkali, jika waktu itu komunisme berhasil menguasai negeri ini, kita tak akan bisa membaca karya-karya sastra relijius milik Hamka, Taufiq Ismail, dan lain-lain. Karena, Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yg dikomandani oleh Pramoedya Ananta Toer, sempat menuding Hamka sebagai plagiator atas novelnya yg berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Tekanan politik terhadap karya-karya non-komunis dilakukan oleh LEKRA. Hujatan-hujatan terhadap sastrawan anti-LEKRA terus dilakukan. 
Penyair Chairil Anwar (pelopor angkatan 45) juga digugat dan dinilai sudah tidak punya arti apa-apa. Bahkan, buku-buku sastra karya sastrawan anti-LEKRA dibakar.

Ini hanya sebagian, Masih banyak sejarah kebiadaban PKI yang lain di berbagai daerah.
Bagaimanapun, kelompok Palu Arit ini telah dua kali melakukan kudeta dengan keji. Mereka menyembelih para santri, para Kyai, para agamawan, para penjaga NKRI yg menolak paham kiri.

👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Bagikan kabar ini agar generasi saat ini tau bahwa komunis memang bengis.
☝️☝️☝️☝️☝️☝️☝️☝️☝️

*(Dikutip dari: Ayat-ayat yang Disembelih, Sejarah Banjir darah para Kyai, Santri, dan penjaga NKRI oleh aksi-aksi PKI.*

 _Penerbit Cordoba, tahun 2015. Anab Afifi dan Thowaf Zuharon_

Selasa, 22 Juni 2021

RESIKO TERPAPAR COVID-19

*Assalamu'alaikum Wr Wb*
*Bismillahirrahmanirrahim*

*Saudara saudaraku yg dirahmati ALLOH SWT*
Saat ini semakin tinggi resiko utk terpapar covid-19 karena penambahan masyarakat yg terkonfirmasi Positif Covid, semakin banyak.

Untuk menjaga diri dan keluarga dari covid-19, ada beberapa hal yg harus kita pahami. Membicarakan Pandemi ini, tidak bisa dipisahkan  antara *Aspek Medis & Teologis (Spiritual).* Jangan mengedepankan salah satunya. Jika hanya *Medis* yg dikedepankan, yg terjadi adalah *Kesombongan.* Jika hanya *Teologis* yg dikedepankan, yg terjadi adalah *Kebodohan.* 
Penyakit karena virus (termasuk covid-19), disebut Penyakit yg *Self Limiting Disease,* Penyakit yg bisa disembuhkan diri sendiri jika Imunitas/Daya Kekebalan Tubuh baik. Maka *senjata utama* utk menghadapi covid-19 adalah *Imunitas yg Tinggi (baik)*.

Islam menganjurkan untuk terus ber-ikhtiar meningkatkan imun, dengan *Ikhtiar Medis & Teologis.*

*Ikhtiar Medis:*
1. Istirahat yang cukup
2. Tidur tidak terlalu larut malam
3. Makan dengan gizi seimbang.
4. Minum air, minimal 1,5 liter (6 gelas blimbing)
5. Olahraga atau aktifitas ringan di rumah.
6. Jika perlu, minum multivitamin atau Probiotik.

*Ikhtiar Teologis:*
*1. Memperbanyak Istighfar,* karena akan membuat hati bersih, yang akan meningkatkan sistem imun.  “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS Al-Anfaal 33).

*2. Memperbanyak sedekah.*  Berdasarkan studi oleh Jorge Moll dari National Institutes of Health terbukti bahwa ketika seseorang melakukan donasi atau sedekah, beberapa area di otak yang terkait dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya, turut aktif sehingga menciptakan efek positif terhadap perasaannya, juga membuat otak melepaskan hormon endorfin, memproduksi hormon dopamin serta oksitosin yang mampu meningkatkan imunitas tubuh dan mengurangi stres. “Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”

*3. Sabar terhadap semua skenario Allah ini.* Sabar dalam arti tetap ber-ikhtiar melakukan langkah pencegahan. Sabar dan Sholat sesungguhnya menjadi kunci utama peningkatan sistem imun, sesuai Al Quran Surat Al Baqarah 153, “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah SABAR dan SHOLAT sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. 

*4. Selalu mengingat Allah, dengan berdzikir.* Karena saat mengingat Allah, hati menjadi tenang, otak merelesae hormon oksitosin yang akan meningkatkan sistem imun. Ar Ra’dhu 28. Tubuh akan memproduksi *Natural Killer Cell (NK Cell),* saat seseorang berada dipuncak spiritualitas nya karena selalu mengingat Allah

*5. Berdoa Tanpa Henti,* menghilangkan stress dan membuat bahagia, memunculkan Hormon Kebahagiaan. *"Tidak ada yang dapat mencegah takdir, kecuali doa.”* (HR. Al-Hakim).

Serta tetap menerapkan Protokoler Kesehatan:
*1. Memakai Masker,* melindungi fisik. Berdzikir Melindungi Lahir dan Batin. 
*2. Mencuci Tangan,* disertai Ringan Tangan (sedekah) dan Rajin Menengadahkan Tangan (berdoa), terutama di 1/3 malam. 
*3. Menjaga Jarak* Penting, Jaga Iman juga Penting.
*4. Menjauhi Kerumunan,* jangan lupa juga Jauhi Kemaksiatan.
*5. Membatasi Mobilitas,* jangan lupa tetap ke Masjid yang menerapkan protokoler kesehatan yg ketat.

Maka, tetaplah Sabar dengan menjalankan Protokoler Medis dan Teologis, in syaa Allah kita akan dihindarkan dari penyakit apapun dan akan diberi kesehatan yg Optimal.

*'Aamiin 3x yaa  Robbal 'aalamiin*

*dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes*

*MENERUSKAN SHARE/KIRIMAN DARI TEMAN GRUP* *"MASTER" KJSI*(Kesadaran Jiwa SEHAT Indonesia)

*Mohon maaf ,Mudah-mudahan manfa'at dan Barokah*

Test Covid-19

Test Bebas infeksi Covid-19 dengan gejala klinik SEDANG  sampai BERAT.

Lakukan Setiap Pagi: Murah, Sederhana, dan Praktis!

Tarik nafas sedalam2nya yang anda mampu,  kemudian tahan nafas 30 detik. 
Setelah itu buang nafas pelan2, lalu kembali bernafas normal.

Bila anda dapat melakukannya tanpa rasa pusing, tanpa sesak nafas, tanpa jantung berdebar,  berarti paru2 anda sehat, bebas dari fibrosis paru.

Penderita infeksi Covid-19 dengan gejala klinis SEDANG sampai BERAT umumnya tidak akan mampu melakukan test tahan nafas 30 detik karena fibrosis paru.

Inilah cara mudah untuk mendeteksi apakah seseorang sudah terjangkit Covid-19. 
Kelemahannya, tidak bisa mendeteksi OTG.

Infeksi Covid-19 ringan mungkin masih mampu melakukan test tahan nafas ini.

Salam sehat!