Minggu, 28 April 2019

Hati hati kau Mahfud MD

Mahfud MD, Hati-hatilah Bicara !

Oleh Ibnu Aqil D. Ghani

"Kalau dilihat kemenangannya di provinsi yang agak panas pak jokowi kalah. dan itu diidentifikasi kemenangan pak prabowo dulunya di anggap sebagai provinsi garis keras yah dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumbar, Aceh dan sebagainya, Sulsel juga. Sehingga rekonsiliasi ini penting untuk menyadarkan kita bahwa bangsa ini bersatu. Karena bangsa ini bersatu karena kesadaran akan keberagaman dan bangsa ini akan maju kalau bersatu," kata Mahfud MD dalam video itu.

Ucapan Mahfud MD di atas sangat tidak layak diucapkan oleh warga negara yang baik, apa lagi sekelas Mahfud MD.  Di samping tidak berdasar dan masuk akal juga berpotensi memecah belah bangsa. Mengapa?

Pertama, tuduhan bahwa masyarakat memilih Prabowo karena paham keagamaan yang dianut yang Tuan sebut sebagai garis keras adalah fitnah yang keji terhadap masyarakat Sumbar. Perhatikanlah perkataan Anda ;....dan itu diidentifikasi kemenangan pak prabowo dulunya di anggap sebagai provinsi garis keras yah dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumbar, Aceh dan sebagainya, Sulsel juga".   

Bagi masyarakat Sumbar tuduhan garis keras adalah tuduhan yang mengada-ada. Apa lagi mendasarkan pilihan  capres berdasarkan paham keagamaan seperti itu, sungguh jauh panggang dari api. Dalam memilih Presiden masyarakat Sumbar sejak reformasi telah mendukung Habibi, SBY kemudian Prabowo. Pilihan tersebut adalah pilihan rasional, cerdas dan masuk akal demi untuk kemajuan bangsa.

Dengan demikian, masyarakat Sumbar menolak dengan keras statemen Anda.

Kedua, penting Anda pahami bahwa masyarakat Sumbar adalah masyarakat yang teguh memegang prinsip, tidak mudah dipengaruhi apa lagi disuguhkan pencitraan. Ketika melakukan pilihan maka pilihan tersebut mesti didasarkan pada penguatan prinsip tersebut yakni kebenaran dan kejujuran.  Dan ini sesuai dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Ketiga, ketika anda tak tahu dengan prinsip hidup dan budaya masyarakat Sumbar atau Minangkabau maka sebaiknya anda diam. Diam itu akan lebih terhormat dari pada anda bikin gaduh.

Keempat, anda kurang arif dan tak menghargai perbedaan pilihan. Di Bali orang memilih 01, dan ini beda dengan pilihan kami orang Minang. Tapi, kami tak merecokinya dan tak berkata apapun tentang pilihan orang Bali karena kami tahu dan pandai menghargai pilihan mereka.

Jangan hina aceh

Mahfud MD Jangan Hina Aceh

Oleh: Don Zakiyamani*
Pernyataan Mahfud MD bahwa Prabowo-Sandi menang di Provinsi Islam garis keras tidaklah ilmiah. Salah satu Provinsi yang disebutkannya adalah Aceh. Ia tampaknya jarang jalan-jalan, terutama ke Aceh.

Mahfud MD yang belakangan ini terkesan sebagai tim pemenangan Jokowi sebaiknya meminta maaf kepada rakyat Aceh. Taat aturan Allah bukan berarti Islam garis keras. Pelaksanaan syariat Islam di Aceh tidak seperti bayangan dan delusi dirinya.

Islam di Aceh tidak anti non-Islam, bahkan rakyat Aceh bisa berteman dengan siapa pun. Penganut agama lain tidak pernah diganggu ketika melaksanakan ibadah mereka. Mahfud MD menjadi korban hoaks atau menciptakan hoaks?

Pernyataan penuh tendesius itu bukanlah cermin tokoh bangsa. Wajar bila Jokowi membatalkan pencalonan Mahfud MD meski sudah ukur baju segala. Ternyata pengetahuan Mahfud MD tentang daerah-daerah di Indonesia tidak sementereng gelar akademiknya.

Mahfud MD telah merusak citra Aceh sebagai sebuah bangsa. Ia telah menghina Aceh sebagai entitas dan identitas. Mahfud MD harus bisa membuktikan pernyataannya atau ia telah menyebar fitnah dan kebencian. Ia Mahfud MD telah nyata menghina Islam di Aceh.

Beberapa hal yang perlu Mahfud MD ketahui soal Islam di Aceh adalah masyarakat Aceh tidak mempersoalkan perbedaan mazhab, bahkan Aceh tidak begitu mempersoalkan pernyataan Ahok yang didemo berjilid-jilid. Kalau pelaksanaan syariat Islam mengganggu pusat, maka silakan lepas Aceh dari Indonesia.

Mahfud MD tampak tidak menggunakan prinsip ilmiah bahwa Prabowo-Sandi memang di Aceh karena rakyat Aceh pemilih cerdas. Kalau Islam garis keras, pasti rakyat Aceh akan memilih ulama (Ma'ruf Amin). Tapi faktanya, rakyat Aceh malah memilih Prabowo yang Islam-nya diragukan banyak orang.

Harusnya Mahfud MD mengeluarkan pernyataan menyejukkan di tengah ancaman konflik vertikal dan horizontal. Kini, atas ucapan tersebut, Mahfud MD telah mengkapling Indonesia berdasarkan pemilih Prabowo dan Jokowi.

Pernyataan Mahfud MD tidak mencerminkan ia sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Mahfud MD harusnya mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila, bukan sebaliknya.

Seorang mantan Ketua MK dan kini anggota Dewan Pengarah BPIP tidaklah pantas mengeluarkan pernyataan yang rasis. Sangat disayangkan tuduhan bahwa Islam di Aceh merupakan Islam garis keras.

Mahfud MD sebaiknya meminta maaf kepada rakyat Aceh, Jawa Barat, maupun daerah lain yang diklaim terdapat Islam garis keras karena Jokowi kalah. Mahfud MD kelihatan nalarnya makin pendek, tidak objektif dalam melihat dan menilai realitas politik.

Pernyataan Mahfud MD juga mendahului hasil rekapitulasi KPU. Seolah-olah Jokowi sudah pasti menang. Tawaran rekonsiliasi namun didahului pernyataan rasis bukanlah solusi. Malah ada paradoks di sana, dan Mahfud MD telah menghidupkan kembali sentimen Islam.

Saya tak tahu apakah rakyat Aceh ikhlas disebut sebagai Islam garis keras. Satu hal yang pasti, ucapan tersebut tidak didasari penelitian. Jika ada dalil yang mendukung pernyataannya, silakan Mahfud MD sampaikan. Saya heran dengan pernyataan seseorang yang gelarnya seabrek.

Sejauh ini saya belum mendapatkan bukti bahwa Islam di Aceh termasuk Islam garis keras. Setidaknya gereja-geraja masih kokoh, rumah ibadah agama lain juga masih melangsungkan ibadah tanpa pernah terjadi insiden bom.

Fanatisme kepada Islam di Aceh bukanlah argumen yang cocok untuk mengeklaim Aceh sebagai daerah Islam garis keras. Bahkan Aceh tidak pernah mewacanakan khilafah atau berkeinginan membentuk negara Islam. Wajar saja kalau saya dan barangkali rakyat Aceh heran dengan klaim Mahfud MD.

Saya heran dengan Mahfud MD yang seolah tokoh paling bijak namun kesulitan berargumen dengan benar. Mahfud MD, kalau ingin menjilat penguasa, sebaiknya jangan begitu caranya. Orientasi politik Anda sudah terbaca; semua sudah tahu Anda dukung siapa.

Mahfud MD sudah kehilangan momen. Barangkali peran yang dimainkan saat ini ialah membentuk opini bahwa Jokowi telah menang. Peran Mahfud MD saat ini seolah tokoh netral yang bisa mengakomodasi semua pihak. Sayangnya, tidak semua pihak terhipnotis dengan peran pura-pura bijak.

Sebagai cawapres batal, harusnya Mahfud MD menunggu 2024. Tak perlu cari sensasi berlebihan, tidak ada pemilu tahun depan (2020). Jangan tampakkan kegalauan Anda yang batal dipilih Jokowi. Menurut saya, kalau Jokowi menang, Anda bakal dapat jabatan, jadi tenang saja. Tak perlu menghina provinsi-provinsi di mana Jokowi kalah.

Kalau boleh saran, siapa pun presiden terpilih, sebaiknya beri jabatan untuk Mahfud MD. Namun harus serius, jangan sudah janji berikan jabatan namun dibatalin ketika sudah ukur baju.

Saya percaya ada jabatan yang cocok bagi Mahfud MD. Sebagai mantan Ketua MK dan mantan bakal calon wakil presiden, Mahfud MD masih punya kapasitas dalam kabinet.

Saya yakin rakyat Aceh maupun provinsi yang dihina Mahfud MD akan memaafkan seandainya ia meminta maaf. Semoga Mahfud MD segera ke Aceh, menyaksikan sendiri bagaimana toleransi dibangun tanpa perlu imbauan dari pihak mana pun.

*Sumber: https://www.qureta.com/post/mahfud-md-jangan-hina-aceh

Jakarta banjir

🇲🇨💦 *Banjir DKI Dijadikan Alat Penyerang Anies: Mengapa Tak Menanyakan Solusinya Ke Jokowi Yang Dulu Sesumbar Akan Menyelesaikanya Jika Menjadi Presiden RI*❓

Banjir besar di sebagian daerah DKI SUDAH ADA masif sejak 40-50 tahunan lalu. Telah berlalu banyak sekali gubernur DKI menanganinya. Sampai di masa mudanya, seniman Benyamin Sueb pun bernyanyi, "Jakarta ... kebanjiran ... "

Dan ada usaha perbaikan, termasuk di jaman pemerintahan gubernur DKI DR. Anies Rasyid Baswedan, sang cucu pahlawan nasional A. R. Baswedan, dan timnya, kini.

Dan para ahli sepakat, ini masalah nasional, lintas propinsi. Misalnya, soal banjir yang datang dari luar DKI, daerah resapan air di sekitar DKI yang malah menjadi pemukiman, naiknya permukaan air laut, hambatan saluran air, dll.

Perlu ada penanganan komprehensif, dan kerjasama antar propinsi, antar instansi, organisasi, kementerian, dsb.

Artinya juga, menteri dan presiden, perlu turun-tangan. Bekerjasama dengan benar.

Dan ini pernah dinyatakan oleh gubernur DKI yang bernama Joko Widodo, yang bukan cucu pahlawan nasional itu.

Tapi sementara pihak, macam memanglah pendengki murni. Tak paham agama. Tak takut Neraka.

Bahkan tak paham sopan-santun, adab sekuler saja, tak usahlah agama.

Mereka terus menghinai Anies. Jaringan media massanya ada yang keterlaluan melakukan pencitraan buruk, framing, tendensius. Walaupun sudah ada usaha perbaikan di banyak hal, termasuk soal kemacetan dan banjir DKI itu, dilakukan oleh tim Anies R. Baswedan.

Mereka praktis, biasanya juga adalah para pendukung Jokowi, A Hok, 01.

Biasanya, mereka kebanyakan adalah kafiruun (non muslim), juga muslim yang awam dan bahkan ashobiyyaah serta taqlid buta, lalu kaum oportunis, koruptor, Syi'ah, pro Neo Komunis RRC, Sekuleris, Liberalis, Pluralis, pro Yahudi Zionis-Kapitalis, Ahlul Bid'ah dan Mistik, Kejawen, dll.

Yang biasanya juga ada di PDIP, dan simpatisannya, serta koalisinya. Dan kaum yang dimanfaatkan mereka. Digiring opininya.

Mudah mengetahui, bahwa ada rencana besar di balik ini semua. Termasuk sentimen dan maksud agama-ideologis mereka terhadap RI yang kaya-raya, berletak strategis, dan yang berpenduduk mayoritas Muslimiin ini. Termasuk target besar mereka di (mulai sejak) tahun 2020. Yang akan merugikan kaum Muslimiin.

🔸Lupakah mereka, bahwa dulu Jokowi saat masih sebagai Walikota Solo, Jokowi pernah berkata besar, pernah sesumbar, bahwa tidak sulit-sulit amat mengatasi banjir dan kemacetan DKI?

➡ Berita: Walikota Solo, Joko Widodo alias Jokowi, 2011, sesumbar dapat menyelesaikan banjir dan kemacetan Jakarta.

https://rmol.co/amp/2011/06/28/31483/https-rmol-co-read-2011-06-28-31483

🔸Lalu Jokowi menjadi gubernur DKI, dan berkata besar, pernah sesumbar, bahwa banjir akan lebih mudah diatasinya kalau ia (Jokowi) menjadi presiden RI.

➡ Berita: Gubernur DKI, Joko Widodo alias Jokowi, 2014, berkata bahwa jika dirinya menjadi presiden RI, masalah banjir Jakarta akan lebih mudah dia selesaikan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

🔸Kini, Jokowi sudah hampir 5 tahunan menjadi presiden. Setelah Jokowi juga mengingkari janjinya di depan umum dan wartawan, akan menjadi gubernur DKI selama 5 tahun penuh, tidak 'loncat katak (kodok)' untuk menjadi presiden RI.

❗Dan BANJIR JAKARTA itu juga BELUM selesai❗

❗Padahal Jokowi sudah LAMA menjadi presiden❗

Masih ada pula 66 Janji Besar Jokowi saat Jokowi ingin menjadi presiden RI, yang belum dilaksanakannya.

➡ https://m.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/jangan-lupa-inilah-66-janji-jokowi-4-tahun-lalu.htm

Tapi toh, pendukungnya diam saja.

Maka:

Inilah, watak khas hasad dari kafiruun dan munafiquun pembenci Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Al Ilaah, Allaah, yang dijadikan dasar negara RI di pasal 29 ayat 1 UUD 1945 dan namaNya, "Allah", dicantumkan di Pembukaan UUD 1945.

Dan mereka dipastikan - jika tak mau bertaubat sebelum matinya - akan ditempatkan di Neraka. Bahkan Neraka yang terbawah. Tanpa ada penolong.

Ini semua disebutkan di banyak ayat Al Qur'aan dan di As Sunnah (Al Hadits). Petunjuk terakhir kaum manusia dan jin agar selamat di dunia dan akhirot. Telah berlalu 124.000 nabi dan rosul Tuhan, memperingatkan ini.

Taubatlah. Karena datangnya kematian, tak ada yang tahu.

- PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam FB) -

➖➖➖➖➖➖➖

Copied-pasted dari WAG

Msh ada dendam 01 yg blm legowo thd Anis Baswedan

BANJIR SALAH INPUT

Wajarlah kalau kubu 02 menanggapi dingin tawaran rekonsiliasi. Lha yang nawarin itu kan cuma manis di bibir  lain di hati. Buktinya, sampai sekarang kemenangan Anies-Sandi masih menyisakan dendam di hati Ahokers.

Mereka menunggu tanpa berkedip siapa tahu Anies salah bicara, atau ada kebijakan yang rada aneh gitu. Soal PBB, belum tahu ujung pangkalnya Ahokers langsung membully Anies, membandingkan dengan era Ahok. Anies memang cerdas. Dibiarkan dirinya dibully di media. Setelah sumpah serapah berserakan di media, baru Anies menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Kontan Ahokers nyilem nggak timbul lagi.

Lagi musim banjir ini, Ahokers muncul lagi. Mengejek Anies yang mereka tuduh nggak mampu mengatasi masalah banjir. Seperti biasa, mereka bandingkan dengan Ahok yang menurut mereka lebih jago mengatasi banjir. Benarkah?

Bedanya Anies dengan Ahok, Anies nggak mau salah input soal kata banjir. Dulu Ahok sengaja salah input. Di kamus tertulis banjir, tapi yang tertulis di pemprov DKI  kata genangan air. Itu cara paling effektif, murah, dan baik untuk pencitraan. Kata banjir seolah sudah dihapus dari perbendaharaan kata pemprov DKI. Tidak ada banjir di era Ahok, yang ada adalah genangan air.

Pak Sutopo kepala BNPB waktu itu, berusaha menengahi polemik soal, banjir atau genangan air? Di tengah polemik banjir versus genangan, bapak Sutopo berkicau, "Tidak usah berpolemik istilah banjir atau genangan. Sebenarnya sama saja. Intinya itu merugikan masyarakat. Harus kita atasi bersama," cuit  Pak Sutopo di akun Twitter @Sutopo_BNPB, Selasa (21/2/2017).

Masih mending sih banjir versus genangan, daripada bawa-bawa SIngapur. Kan sewaktu ditanya soal penenganan banjir, ada gubernur yang punya jawaban salah input, " SIngapur saja bisa banjir...."

Soal berikutnya, Anies nggak berani sesumbar seolah “menantang” sang maha pemilik air hujan. Kalau Ahok mah nggak ada urusan. Setelah melakukan upaya agar Jakarta tidak banjir lagi, Tanggal 17 Pebruari 2017 dengan sombongnya Ahok berkoar, “ Saya jamin tak kurang dari 12 jam air akan surut. “ Maksudnya, kalau turun hujan lebat tidak aka ada banjir, hanya genangan air saja. Tak kurang dari 12 jam air hujan akan kabur entah kemana.

Karena yang ditantang sang maha pencipta hujan, tentu saja Ahok nggak bisa berkutik setelah lebih dari 24 jam air nggak mau kabur juga, nampaknya air hujan betah berlama-lama menikmati pemandangan kota Jakarta.  Dua  hari kemudian, tepatnya tanggal 20 Pebruari 2017 Ahok menyerah kalah. Dengan nada lesu dia bilang, “ Soal banjir ini, eh, genangan air ini tidak ada jalan lain,  harus normalisasi.“

Jadi, hebatnya di mana? ....
 
PINTER DIKIT NAPA YA .... 🤣

Walikota Solo, Jokowi, 2011, sesumbar dapat menyelesaikan banjir dan kemacetan Jakarta.

https://rmol.co/amp/2011/06/28/31483/https-rmol-co-read-2011-06-28-31483

Gubernur DKI, Jokowi, 2014 berkata bahwa jika dirinya menjadi presiden RI, masalah banjir Jakarta akan lebih mudah dia selesaikan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

Sabtu, 27 April 2019

Mereka Ketakutan

MEREKA KETAKUTAN SEHINGGA MEREKA NEKAT MERAMPAS KEMENANGAN PRABOWO.

By Asyari Usman

KPU berani ambil risiko besar. Mereka tidak takut akibat manipulasi perolehan suara paslonpres 02. Dengan enteng mereka jawab ‘salah ketik’. Human error. Boleh dikatakan mereka tak perduli teriakan-teriakan keras publik terhadap input angka-angka yang merugikan Prabowo dan menguntungkan Jokowi.

Nah, mengapa KPU begitu berani? Apa yang membuat mereka berani melakukan kecurangan secara terang-terangan?

Siapakah yang sangat gigih dan bersikeras agar Jokowi dinyatakan menang meskipun dengan cara yang curang?

Kekuatan macam apa yang berada di belakang Jokowi sehingga berbagai instansi negara siap menjalankan perintah-perintah yang bertentangan dengan aturan hukum dan etika politik demi kemenangan dia?

Pertanyaan-pertanyaan ini sebelumnya tak pernah terlintas. Tapi, lama kelamaan muncul juga. Ada sesuatu yang terasa luar biasa dalam kontestasi pilpres 2019 ini, yang membuat deretan pertanyaan itu akhirnya mengemuka.

Tetapi, belum lagi sempat menjawab pertanyaan yang berderet-deret itu, muncul pertanyaan lain. Apakah Jokowi ‘one man show’? Mungkinkah dengan latar-belakang karir politiknya yang ‘pas-pasan’ itu (mohon maaf), Jokowi mampu membangun dirinya menjadi presiden yang ‘ditakuti’ semua orang? Sehingga semua titah dia tentang ‘aku harus dua periode’ menjadi wajib direalisasikan?

Kelihatannya, teori Jokowi ‘being feared of’ (ditakuti) sulit masuk akal. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau, kecil kemungkinan Jokowi ditakuti oleh semua orang. Dia tidak memiliki keistimewaan historis yang membuat semua orang menjadi gemetar mendengar dia bicara. Apalagi pada era sekarang ini. Era yang menggunakan literasi sebagai indikator kompetensi dan profisiensi. Sangat tidak mungkin Jokowi menjadi presiden yang ‘ditakuti’.

Karena itu, kita akan memunculkan pertanyaan berikutnya: ada apa, sebenarnya? Mengapa begitu kuat upaya untuk mencurangi hasil pilpres 2019 ini? Siapakah yang sangat berkepentingan dengan Jokowi dua periode?

Mari kita identifikasi. Bahwa ada beberapa pihak yang sangat ingin agar dia melanjutkan jabatan presiden lima tahun lagi.

Pertama, Jokowi adalah tumpuan harapan para konglomerat pengisap kekayaan rakyat, termasuk --dan terutama-- para konglomerat hitam. Yaitu, para konglomerat rakus yang menjalankan bisnis secara sewenang-wenang di bawah perlindungan orang-orang kuat. Diperkirakan, mereka ini akan ‘terkencing-kencing’ kalau Prabowo yang menjadi presiden. Bagi mereka, Jokowi harus dua periode. Karena mantan walikota Solo itu bisa dikendalikan.

Kedua, RRC ikut dalam barisan yang habis-habis menudukung “wajib dua periode” itu. RRC memiliki mimpi indah untuk ‘menduduki’ Indonesia, baik itu dalam arti pendudukan fisik maupun dalam arti hegemoni ekonomi. Yang sangat jelas adalah, Beijing menyimpulkan bahwa ambisi global mereka melalui ‘jalur sutra gaya baru’ (Belt Road Initiative, BRI) hanya mungkin terwujud jika Jokowi duduk lagi sebagai presiden.

Bagi RRC, Indonesia adalah mata rantai yang sangat penting (krusial) dalam upaya mereka untuk menyukseskan BRI. Sebab, Indonesia adalah pasar dan lahan yang paling empuk untuk dijadikan ‘koloni’ RRC atas nama BRI itu. Dalam beberapa tahun ini, Beijing sengaja mendekap Indonesia dengan pinjaman investasi untuk berbagai proyek infrastruktur.

Tujuan investasi itu tidak lain adalah memikat negara ini untuk masuk ke perangkap utang. Sekarang, Indonesia sudah hampir sempurna masuk ke perangkap utang RRC. Tetapi, insyaAllah, masih bisa diselamatkan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo.

Kalau kemenangan Prabowo tidak dirampas, maka RBI itu akan terhenti total. Ambisi hegemoni ekonomi China menjadi ‘aborted’ (gagal). Jadi, inilah teori kedua tentang ‘Jokowi wajib menang’.

Ketiga, ada segelintir elit yang mengkampanyekan bahwa Presiden Prabowo akan mendirikan negara khilafah. Tudingan ini sama sekali tidak memiliki dasar historis dan empiris. Catatan sejarah prakemerdekaan, masa-masa kemerdekaan, dan pascakemerdekaan menunjukkan bahwa umat Islam tidak pernah menjadi komponen yang egosentris, apalagi ‘selfish’. Sebaliknya, kaum musliminlah yang selalu dijadikan antagonis (musuh) oleh penguasa dzolim. Ini catatan sejarah. Sampai hari ini.

Begitulah keculasan para elit jahat yang selama hidupnya bermental korup dan berwatak brutal. Mereka terus-menerus ingin mendiskreditkan umat Islam demi kenikmatan diri mereka. Mereka ceramahkan kepada kelompok-kelompok minoritas bahwa Prabowo akan mendirikan khilafah.

Kalangan minoritas pun merasa takut. Para elit yang 5-6 orang itu memanfaatkan ketakutan ini. Padahal, semua orang paham reputasi Pak Prabowo sebagai prajurit TNI yang menjadikan NKRI dan kebinekaan sebagai harga mati.

Atas dasar agitasi yang menyesatkan itulah, berkembang pendapat bahwa Prabowo tidak boleh menjadi presiden. Jangan sampai dia menjadi presiden. Elit penghasut dan kalangan yang dihasut kemudian ‘bersepakat’ untuk menghalangi Pak PS.

Mereka itulah yang sekarang mengatur skenario perampasan kemenangan Prabowo di pilpres 2019. Cuma mereka lupa bahwa hari ini bukan 2014.

(Penulis adalah wartawan senior)

📸poto cuma pemanis

Syahid

TERSINGKAPNYA BETIS BIDADARI

Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah.
Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah.

Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.

“Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.

Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik di persilahkan masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”

Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?”

Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.”

Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,
أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...
Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.
Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. An Nur 24:Ayat 51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.

Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahahbat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah.

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan.

Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.

Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah.

Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini."

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”

Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)
“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . .

Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya.

Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla.

Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.

Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini. Habiballah
memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini ??"
Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku."

Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.
Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat.
Ini yang membuat Rasulullah malu.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Ali Imran, 3:169-170.)

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata,
“Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

Ya ALLAH...
✔ Muliakanlah orang yang membaca dan membagikan status ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar.

Sobat sekarang anda memiliki dua pilihan ,
1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini
2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman facebookmu , insyallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu. Aamiin..

MaaSyaa Allah...
Semoga di tahun ini dan selanjutnya Allah tetap senantiasa anugerahi kita keimanan dan kemenangan dalam hati dan amal kita, kesuksesan dan keselamatan dalam menghadapi hidup dan kehidupan ini. Aamiin.......

```اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ```

Semoga bermanfa'at.

Jumat, 26 April 2019

Orang Padang Dlm Pilpres

*Izin Copas*

Orang  Minang (Padang)

Ada pepatah di Minang kabau
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Pangulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Bana manuruik alua jo patuik
Manuruik patuik jo mungkin

Artinya, orang minang tidak akan mengikuti pimpinannya jika mereka menganggap sesuatu itu tidak benar. Bagi orang Minang, yang paling tinggi itu adalah kebenaran, kebenaran itu berdiri sendiri
Kebenaran ada jalannya sendiri

Jadi, walaupun 11 Bupati dan Walikota di Sumbar mendukung 01,  hanya walikota Padang yang terus terang mendukung dan menghadiri kampanye 02, Gubernur Sumbar yang kader PKS memilih menghindar dengan ke Jepang waktu kedatangan Capres 02, rakyat tetap akan memilih yang mereka anggap benar. Rakyat tidak akan mengikuti pilihan Kepala Daerah (Raja) mereka sepanjang itu tidak mereka anggap sebagai sesuatu yang benar.

Tidak usahlah menghimpun opini dengan menyuarakan boikot nasi Padang, karena orang Padang akan selalu bersikap kritis kepada siapapun penguasa dan akan selalu memihak kepada sesuatu yang mereka anggap benar.

Walaupun banyak orang Minang pedagang, tetapi dalam hal sesuatu yang mereka anggap kebenaran, mereka tidak akan melakukan transaksi politik. Tidak ada dagang kebenaran bagi orang Padang.

Yang harus dilakukan untuk meyakinkan orang Minang adalah yakinkan mereka bahwa agama dan aqidah  mereka akan terpelihara, dan yakinkan mereka bahwa apa yang dilakukan adalah kebenaran.

Percaya dan yakinlah, bahwa orang Minang sangat nasionalis, mulai dari zaman kemerdekaan sampai sekarang. Pejuang pejuang zaman kemerdekaan sangat banyak yang berasal dari Minang kabau.

Salam akal sehat

Padang, 22 April 2019

Patrianef Patrianef
Pegiat Sosial dan Kesehatan.