Jumat, 07 Oktober 2022

Majelis ilmu

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Yang Disebutkan Dalam Hadist Nabi SAW

Menuntut ilmu merupakan amalan wajib bagi setiap muslim. Selain bernilai pahala, mencari ilmu juga memiliki banyak manfaat. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:“Barangsiapa menempuh suatu jalan (jalan) untuk menimba ilmu, maka Allah pasti akan memudahkan jalan menuju surga baginya.” (HR.Muslim)
Sebenarnya ilmu bisa didapat dari mana saja, salah satunya melalui dewan pengetahuan. Dengan mengikuti majelis ilmu , seorang muslim dapat mempelajari agama Allah dengan baik dan benar.
Menghadiri majelis ilmu juga dapat membawa berkah dan ridho dari Allah SWT. 

Prioritas Menghadiri Majelis Pengetahuan

Dalam Islam , ilmu memiliki kedudukan yang penting. Ilmu bisa menjadi sedekah yang pahalanya tidak akan habis sampai seseorang meninggal.
Nabi SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, terputus amalnya, kecuali tiga hal: sedekah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.”Mengutip dari buku Wasiat Rasulullah SAW tentang Anak karya Muhammad Wifaqul, banyak sekali manfaat mengikuti majelis ilmu, antara lain sebagai berikut:
1. Jalan menuju surga dipermudah
Orang yang meninggalkan rumahnya untuk mencari ilmu akan mendapatkan jalan yang mudah menuju surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya masuk surga.” (HR At-Tirmidzi, Abu Daud, shahih Al-Albani dalam Sahih Abu Daud).
2 Memperoleh kedamaian dan rahmat dari Allah SWT
Ketenangan jiwa akan diperoleh seorang muslim ketika menghadiri majelis ilmu. Dia akan dilimpahi rahmat dan karunia oleh Allah SWT. Bahkan, para malaikat pun memuliakannya.
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitab Allah dan belajar dari satu sama lain, tetapi akan turun kepada mereka sakinah (damai), mereka akan diliputi rahmat. , mereka akan dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya" (HR. Muslim no. 2699).3. Termasuk jihad fii sabilillah
Menghadiri majelis ilmu adalah bagian dari jihad fi sabilillah . Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:
ل ا ا لِيتعلَّمَ لِّمَه ان المُجاهِدِ لِ اللهِ له لغيرِ لوَ ان الَّازرِ لى له له
“Barangsiapa masuk masjid kami (masjid Nabawi) untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka dia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barang siapa yang memasukinya bukan dengan tujuan itu, maka dia seperti orang yang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, anjuran Al Albani dalam Sahih Al Mawarid, 69).
(MSD)

Shalat berjamaah

*Keutamaan* dari menunaikan shalat berjamaah. Bahkan dinilai mampu meningkatkan peluang diterimanya shalat dibandingkan shalat sendirian. Apalagi mengingat bahwa shalat merupakan tiang agama yang tak boleh ditinggalkan oleh umat muslim.
Dalam Islam, bagi yang telah akil baligh diwajibkan menegakkan ibadah shalat fardhu lima waktu sehari. Hal ini bahkan ditegaskan dalam penggalan surat yang tercantum di Alquran, Allah SWT berfirman:
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS. Al-Isra ayat 78)
Ibadah shalat bisa diterima, membutuhkan berbagai macam persyaratan. Baik dari memenuhi syarat sah shalat dan rangkaian rukun yang harus dilakukan sesuai kaidah yang ditentukan. Ditambah lagi, dibutuhkannya keikhlasan dan kekhusyukkan di dalamnya. Demi menciptakan hubungan dengan Sang Khalik.
Manfaat shalat berjamaah yang paling terkenal ialah peluang yang sangat tinggi untuk diterima shalatnya, serta menerima derajat pahala 27 kali lipat. Belum lagi manfaat luar biasa lainnya yang patut umat muslim ketahui.
Simak sejumlah manfaat shalat berjamaah beserta dalilnya berikut ini, seperti dihimpun dari NU Online, Selasa (15/2).

Manfaat Shalat Berjamaah

Keutamaan atau manfaat shalat berjamaah harus bisa diraih secara kolektif. Artinya komitmen bersama sebelum menunaikan shalat berjamaah sudah dibangun oleh para jemaah sejak awal. Semisal jeda waktu antara adzan dan iqamah, yang telah disepakai bersama. Sebagai penanda akan dimulainya shalat berjamaah.
Shalat berjamaah merupakan amalan baik yang mendatangkan banyak manfaat. Berikut ini secara singkat, keutamaan atau manfaat shalat berjamaah bagi umat muslim yang mengerjakan:

Amalan yang menghindarkan dari siksa api neraka.

Menyelamatkan diri dari sifat munafik.

Salat berjamaah bisa meningkatkan peluang diterimanya ibadah shalat. Jika dibandingkan dengan shalat munfarid atau yang dilakukan sendiri.

Diampuni segala dosa oleh Allah SWT.

Diberikan pahala yang berlipat ganda, yakni orang yang mengerjakan shalat berjamaah diyakini akan mendapat pahala sebanyak 27 derajat.

Shalat berjamaah bisa menghilangkan perasaan ragu dan waswas.

Salat berjamaah bisa menjauhkan diri dari godaan setan yang mungkin bersemayam dalam tubuh manusia.



Dalil Keutamaan Shalat Berjamaah

Terdapat sejumlah hadits dan penggalan ayat dari kitab suci Alquran yang dijadikan sebagai sumber dasar, betapa pentingnya menunaikan shalat berjamaah. Dari pada menunaikannya secara munfarid atau shalat sendirian.
Dipandang dari segi sosial, shalat berjamaah meningkatkan hubungan antar masyarakat, menimbulkan keakraban, saling toleransi, dan banyak hal positif lainnya. Bahkan seperti ajaran Islam mengenai kesetaraan. Saat berjamaah, kita akan menghilangkan ego, perbedaan kaya dan miskin, serta dengan penuh kerendahan hati semua tunduk pada Sang Khalik.
Lantas Allah SWT berfirman dalam Alquran, bahwa orang Islam yang memakmurkan tempat ibadah termasuk orang beriman.

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah." (QS. At-Taubah ayat 18)
Shalat yang Sempurna
Dalam hadits lain, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rosulullah bersabda:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ جَارَ الْمَسْجِدَ اِلاَّ بِالْجَمَاعَة وَفِى رِوَايَة اِلاَّ فِى الْمَسْجِد - رواه احمد

"Tidak sempurna shalat seseorang yang bertetangga dengan masjid kecuali dengan berjamaah (Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid)."
Pentingnya Berjamaah
Dalam hadits diceritakan betapa luar biasanya pahala dari berjamaah. Andai pahala tersebut bisa dilihat secara kasat mata, mungkin orang akan rela berjamaah meski harus tertatih.
“Tidaklah ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi sholat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjamaah) meskipun dengan merangkak.” (Muttafaqun 'Alaih)


Makna Pahala 27 Derajat

Manfaat shalat berjamaah, berupa perolehan 27 derajat. Hal ini disebutkan tak bisa didapatkan oleh umat muslim yang menunaikannya sendirian. Tertuang dalam hadits berikut:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah melampaui shalat sendirian dengan (mendapatkan) 27 derajat.” (HR. Bukhari)
Penentuan bilangan 27 dalam hadits tersebut merupakan sesuatu yang bersifat ta’abbudi atau tidak dapat dijangkau oleh akal. Makna dari 27 derajat tersebut, oleh para ulama disebutkan keunggulan dari shalat berjamaah. Seraya membandingkan orang yang shalat sendirian terlampau selisih 27 shalat.
Mengartikan kata “derajat” dengan kata “shalat” ini dilandaskan dalil ditemukannya hadits dengan riwayat lain. Menjabarkan mengenai keutamaan atau manfaat shalat berjamaah dengan menggunakan redaksi “shalat” sebagai ganti dari kata “derajat”.
Hal ini seperti disampaikan oleh Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied:
ــ (قوله درجة) قال ابن دقيق العيد الأظهر أن المراد بالدرجة الصلاة ؛ لأنه ورد كذلك في بعض الروايات

"Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied berkata: “pendapat yang paling jelas adalah mengartikan kata “derajat” dengan arti “shalat” karena terdapat penggunaan redaksi “shalat” dalam sebagian riwayat (hadits)” (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 7, hal. 370)

Hukum 

Terdapat sejumlah hukum dalam melaksanakan shalat berjamaah yang beragam dan patut diketahui oleh umat muslim, yakni:

Fardhu ain: hukum yang menyatakan bahwa shalat Jumat wajib dilakukan secara berjamaah, yakni bagi kaum laki-laki sehingga jika tidak dilaksanakan secara berjamaah maka hukumnya tidak sah.

Fardhu kifayah: kewajiban kolektif, yaitu ketika ada sebagian masyarakat yang mengerjakan shalat berjamaah maka kewajiban masyarakat lainnya sudah gugur. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada yang mengerjakan shalat secara berjamaah sehingga seluruh masyarakat bisa mendapatkan dosa.

Sunah: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum sunah, yakni baik dilakukan berjamaah, seperti shalat Idulfitri, Iduladha, Istiwa, dan sebaginya.

Mubah: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum mubah, yaitu pada shalat-shalat yang tidak disyariatkan untuk berjamaah. Seperti shalat dhuha dan shalat rawatib atau sebelum dan sesudah shalat.

Khilaful ula: ketika terjadi perbedaan niat antara imam dan makmum. Misalnya imam berniat untuk melakukan shalat biasa bukan qadha, tapi makmum yang mengikuti berniat shalat qadha, atau sebaliknya.

Makruh: shalat berjamaah bisa mempunyai hukum makruh, jika seseorang melakukan shalat berjamaah dengan imam yang fasik.

Haram: shalat berjamaah haram dilakukan jika berada di atas tanah hasil rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal sehingga shalat yang dilaksanakan menjadi tidak sah.



Senin, 19 September 2022

Kesederhanaan yg Jahat

🟧🟨
https://hajinews.id/2022/09/11/kesederhanaan-yang-jahat/

*Kesederhanaan yang Jahat*

_Oleh: 💬Smith Alhadar_
_Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe)_

*Hajinews.id* - Di suatu negeri yang rakyatnya selalu ditipu, muncul pemimpin berpenampilan sederhana. Namanya Coro. Kemejanya selalu putih lengan panjang yang digulung, yang mengesankan seorang guru arif bijaksana. Wajah dan pikirannya betul-betul menyerupai rakyat.
Ia pun berjanji akan membabat korupsi hingga ke akar-akarnya dan menyejahterakan seluruh rakyat. Maka rakyat dari mana-mana bergegas menyatakan sumpah setia kepadanya. Juga para intelektual dan akademisi. “Baru kali ini langit mengutus kepada kita pemimpin dari kalangan kita sendiri, yang akan membebaskan kita dari penindasan yang kita warisi dari nenek moyang sejak dulu kala,” kata mereka optimis, “inilah saatnya kita bangkit”.
Coro kemudian berkeliling hingga daerah terjauh, menggendong anak-anak desa yang dekil, masuk ke dalam gorong-gorong, dan menolak berkumpul dengan elite dunia karena bicara dengan mereka membuat ia ngantuk. Sering juga ia membagi-bagi sembako dan sejumlah kartu sakti kepada rakyat yang belum pernah senang seumur hidup mereka.
“Jangan-jangan dia nabi baru,” mereka menduga-duga. Toh, umumnya Nabi diutus dari kalangan rakyat. Dugaan itu berubah menjadi keyakinan ketika Coro membangun banyak jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. “Bukan main!” Coro pun sering berpura-pura terkejut manakala para pembantunya mengeluarkan kebijakan yang mengecewakan rakyat. Keterkejutan Coro penting untuk mengesankan dia tak mendukung kebijakan itu. Dia tetap dari rakyat untuk rakyat. Ketika ada yang mempertanyakan perangai dan kebijakannya, segera saja buzzerRp mem-bully-nya.
Bagaimanapun, tak semua orang terhipnotis oleh kesederhanaannya, yang membuat Coro terganggu. Para cerdik pandai yang masih waras tak percaya pada keseluruhan dirinya. Setelah mengamati perangai, kebijakan, dan motif-motifnya, mereka berkata, “Awas, kita sedang berhadapan dengan bunglon. Dia bukan orang sederhana dalam ambisi. Tak lain dan tak bukan dia seorang yang bebal, penuh tipu muslihat, ambisius, ngawur. Dan jahat.”

Bahkan, Coro dipandang membahayakan negara karena melayani kepentingan oligarki. Lihat, ia menghidupkan KKN, lembaga anti-rasuah dilemahkan, anak dan menantunya diberi kekuasaan atas nama demokrasi. Dan ia tak henti-hentinya mencari jalan agar berkuasa lebih lama. Tiga periode. Juga atas nama demokrasi. Tapi pandangan kritis ini disambut pendukungnya dengan nyinyir.
Sebaliknya, Coro mulai ketakutan. “Kalau rakyat tahu siapa aku sebenarnya bisa berabe”. Maka dimulailah episode penangkapan orang-orang yang kritis, bahkan ada yang dibunuh. Ormas yang lancang dibubarkan. Stigma dibuat untuk mengintimidasi mereka.

Dan bukan main senangnya Coro ketika menyaksikan pendukungnya tetap militan. Padahal, ia sendiri heran. Kok bisa-bisanya mereka menari di atas gendang yang ditabuhnya. Terutama para intelektual dan akademisi. “Ternyata para cendekia pun mudah dibodohi,” katanya dalam hati.
Dukungan rakyat yang sangat kuat ini, tanpa mereka sadari, mendorong Coro melangkah lebih jauh. Dikeluarkanlah berbagai UU yang kontroversial hasil perselingkuhannya dengan oligarki politik dan ekonomi. UU yang merugikan buruh, rakyat, lingkungan, dan membahayakan negara.
Untuk semua ini memang sempat muncul berbagai demonstrasi, besar maupun kecil, tapi tak berkelanjutan karena Coro masih menikmati dukungan rakyat.
Lalu, tak disangka-sangka, pandemi covid-19 merebak yang berdampak luar biasa pada situasi ekonomi dan politik semua negara. Beberapa pemimpin dipaksa kehilangan kekuasaan karena gagal menangani penyakit itu.

Tapi, di negeri ini, wabah itu justru dilihat Coro — setelah mendapat masukan dari elite yang menjadi brain-nya — sebagai blessing in disguise. Terbuka kesempatan untuk mendegradasi demokrasi, kebebasan, HAM, mempermainkan hukum, dan melanggar konstitusi. Juga menjustifikasi penambahan utang yang dipakai untuk membiayai infrastruktur secara ugalan-ugalan.

Kecuali kekecewaan mereka yang sudah sejak awal meragukan kualitas Coro, dukungan rakyat padanya tetap saja kuat. Berbagai bansos dipandang rakyat sebagai wujud cinta kasih Coro kepada mereka. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa bansos itu diperoleh dari duit mereka sendiri, bukan dari kantong Coro, dan bahwa itu sudah menjadi kewajiban konstitusional pemimpin untuk mengayomi mereka.
Ketika minyak goreng hilang dari pasaran atau, kalau ada, harganya selangit — yang membuat mak-mak mengalami mimpi buruk — Coro tampil berlagak pahlawan dengan memarahi pembantunya, diikuti beleid yang ngawur: melarang ekspor komoditas itu demi membanjirinya ke pasar domestik dengan harga terjangkau. Bukannya saja target itu tak berhasil, tapi juga memukul secara telak petani sawit. Rakyat kecil tetap berjibaku selama berbulan-bulan untuk mendapatkan minyak goreng. Coro menyalahkan mafia. Tapi mafia itu adalah pembantunya sendiri yang bekerja sama dengan oligarki. Rakyat mulai sedikit kritis. “Apakah benar Cokro seorang nabi?”

Perang Ukraina memunculkan tantangan baru: harga energi dan pangan dunia melejit tinggi. Inflasi di mana-mana. Rantai padok dunia terganggu. Bunga bank negara-negara besar dinaikkan untuk memerangi inflasi, yang menyebabkan cash flow dari negara-negara miskin dan berkembang. Perang ini belum akan selesai dalam waktu dekat sehingga dunia terancam resesi.
Kalau demikian, negeri pimpinan Cokro akan juga terpukul. Bahkan, dampaknya sudah muncul, terlihat dari meningkatnya harga kebutuhan pokok. Hal ini diperparah oleh beleid Coro menaikkan harga BBM ketika di pasar global harganya sudah turun di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
Dengan berpura-pura sedih Coro mengatakan APBN tak sanggung menahan beratnya subsidi yang lebih banyak dinikmati mereka yang berpunya. Bagaimanapun, para tokoh bijak menganggap tak sepatutnya Coro menaikkan harga BBM pada saat ini, yang meningkatkan biaya semua barang dan jasa sehingga memperdalam dan memperluas kemiskinan. Juga pengangguran.
Maka, rakyat yang bertanya “Apakah benar Coro seorang nabi?” bertambah banyak. Pasalnya, menurut para ekonom kritis yang sungguh-sungguh mencintai rakyat, Coro punya cara lain untuk menambal defisit APBN dengan menghentikan pembangunan IKN yang tidak urgen, sungguh-sungguh memerangi korupsi, melakukan renegosiasi bunga utang yang mengkhawatirkan, dan menghemat pengeluaran yang tidak perlu.

Lagi pula, menurut para ekonom itu, dalih Coro bahwa subsidi BBM mencapai Rp 500 triliun adalah bohong belaka. Memang gemar berbohong sudah jadi karakter Coro. Situasi ekonomi yang melilit leher rakyat ini telah mendorong berbagai elemen bangsa turun ke jalan. Mungkin sekali di antara mereka terdapat orang-orang yang sudah siuman dari pembiusan Coro.
Kendati demikian, Coro tetap menyibukkan diri dalam politik elektoral di mana ia ingin menjadi penentu siapa yang akan menjadi penggantinya. Maka, ia mengeluarkan jurus jahat. Relawan-relawan pendukungnya ia datangi di mana pun mereka berada meskipun konstitusi tak membolehkan dia mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Kepada mereka ia mengeluarkan perintah untuk bersabar dalam menentukan calon penggantinya sampai ia mengeluarkan instruksi untuk itu.

Sangat jarang di negara demokrasi modern yang mengharuskan pemainnya taat etika dan norma seorang out going leader secara terbuka aktif mengotak-atik agenda partai politik yang bukan partainya. Terutama mengarahkan parpol yang para ketuanya adalah orang-orang bermasalah alias pasien rawat jalan. Artinya, Coro memanfaatkan kebobrokan mereka untuk tujuan-tujuan pribadi sebagaimana diajarkan mentornya.
Kepada mereka ia mengeluarkan perintah disertai ancaman untuk tidak mencapreskan seorang pemimpin daerah yang punya reputasi gemilang dan berpotensi memenangkan pemilihan presiden. Namanya Aziez. Tokoh ini dulu berjasa besar dalam membawa Coro ke tampuk kekuasaan. Kini ia dipandang sebagai musuh hanya karena ia terlalu independen, terlalu pandai, terlalu bersih, dan tak akan tunduk pada kemauan oligarki. Lihat, dia menghentikan proyek oligarki di daerahnya bernilai ratusan triliun karena proyek itu didapat dengan cara yang tidak semestinya, merugikan nelayan kecil, dan merusak lingkungan.

Aziez juga punya visi-misi sendiri untuk memajukan negerinya, bukan visi-misi Coro. Dengan kata lain, ia tak akan melanjutkan kebijakan dan proyek pembangunan Coro kalau hal itu tidak urgen dan membebani keuangan negara.
Dus, Coro khawatir proyek oligarki IKN tak dilanjutkan. Dan bisa saja, karier politik, anak, nenantu, dan iparnya terhenti. Coro juga khawatir modal usaha anak-anaknya yang diduga didapat dari oligarki yang bermasalah akan dipermasalahkan.

Maka, kuat dugaan ia menginstruksikan kepada lembaga anti-rasuah untuk segera menjadikan Aziez tersangka korupsi terkait hajat balap mobil listrik Formula-E. Tujuannya: menjegal Aziez nyapres. Namun, aksi vulgar yang berbau moral hazard ini, yang berakumulasi dengan tekanan ekonomi rakyat, serentak membangunkan pendukungnya juga.
Sebagian bukan simpatisan Aziez, tapi mereka tak bisa menerima kezaliman Coro atas tokoh hebat yang santun itu. Hajat Formula-E itu sukses besar, dipuji para pembalap, sponsor, dan komunitas internasional. Lebih daripada itu, lembaga-lembaga resmi yang punya wewenang terkait itu menyokongnya. Dan sama sekali tak ada korupsi di dalamnya.

“Oh, ternyata Coro bukan pemimpin sederhana. Ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,” kata mereka, “ia lebih mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga, dan oligarki ketimbang kemajuan negeri dan kesejahterakan kita. Ayo, lawan!” [suaranasional]

https://hajinews.id/2022/09/11/kesederhanaan-yang-jahat/