Rabu, 27 Juni 2018

YANG TIDAK BISA DI BELI

👍🏻👍🏻👍🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Aku tahu RANJANG  "Termahal" di dunia adalah *"RANJANG Rumah Sakit"* yang tidak sanggup saya beli. Hanya boleh saya "Sewa Harian" dengan Harga yang tidak sanggup ku bayar.
Baiklah dengarkan tutur Mr. Steve Jobs dibawah ini :
Kekayaan Alm. Steve Jobs pemilik Apple Computer Rp. 67 Triliun.

Kata2 terakhir Steve Jobs sebelum meninggal :

"Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karena selain kerja, hobiku tak banyak".

*Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenungi jalan kehidupanku, kekayaan, nama,dan kedudukan, semuanya itu tidak ada artinya lagi.*

*Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.*

*Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya untuk digunakan dirinya saja itu sudah cukup.*

Mengejar kekayaan tanpa batas itu bagaikan monster yang mengerikan.

*Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah — itu hanya ilusi saja.*

*Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.*

Ranjang apa yang termahal di dunia ini? Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu. Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.
Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.

*Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentas pun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.*

*Yang patut kita hargai dan sayangi adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri dan juga kasih persahabatan antar-teman."*

_HARGAI SETIAP DETIK DALAM KEHIDUPAN KITA, ISI HIDUP KITA DENGAN PERKARA PERKARA YANG TIDAK BISA DIBELI DENGAN UANG_.

Semoga bermanfaat...
Utk Kita Semua... 🙏🙏🙏

Selasa, 26 Juni 2018

STOP PHUNBING


Phubbing, adalah istilah sibuk main HP dan mengabaikan orang dihadapan kita.  Itulah yang terjadi,  pola anti sosial. 
Stop phubbing, kalau kita sedang berhadapan atau sedang dalam pertemuan. 
Ini kata baru,  dan sedang diadakan Campaign Anti Phubbing.

Bulan Mei 2012 yang lalu,  para Ahli Bahasa,  Sosiolog dan Budayawan berkumpul di Sidney University. 
Hasil pertemuan tersebut  melahirkan satu kata baru dalam tata bahasa Inggris.  Kata tersebut adalah phubbing. Yaitu tindakan seseorang yang sibuk sendiri dengan gadget di tangannya,  sehingga ia tidak perhatian lagi kepada orang yang berada di dekatnya.

Karena sudah menjadi fenomena umum,  dunia sampai memerlukan sebuah kata khusus untuk penyebutannya. 
Kini kata phubbing secara resmi sudah dimasukkan dalam kamus Bahasa Inggris di berbagai negara.

Sejauh penelusuran dan pengamatan,  Bahasa Indonesia belum memiliki kata serapan dari phubbing ini.
Padahal kita sendiri sering berbuat phubbing.
Misalnya,  saat berbicara dengan petugas teller bank,  tangan kita sambil memainkan gadget.

Ketika menemani anak mengerjakan tugas sekolah,  setiap satu menit sekali,  mata kita melirik ke layar HP,  kalau² ada notifikasi yang masuk.

Pada momen makan berdua di resto dengan istri,  HP diletakkan sedekat mungkin di sisi kita,  dan mampu menyelak obrolan apapun,  ketika ada suara pesan dari medsos.
Yaa....,  kita sudah menjadi phubber...

Bahkan sering kita jumpai di tempat ibadah,  jemaat di samping kiri dan kanan kita,  bermain medsos,  sepanjang khotbah....!!!
Ini namanya sudah bukan lagi phubbing kepada orang lain,  tetapi juga kepada Allah...!!!

Karena sejatinya,  sejak langkah awal,  kita masuk ke tempat ibadah,  maka kita sudah berhadapan dengan Tuhan Allah......
Sungguh mengherankan, kalau ada orang niat beribadah kok mainan HP....
Bawa boleh,  tapi bukan untuk 'dimainkan'.....!!!

Saudara² sekalian.....!!
Mari kita benahi diri kita sendiri.....
Tidak berarti kita harus berhenti gunakan HP,  tapi setidaknya,  KURANGI  phubbing,  sebisa mungkin.  Hargai orang² di sekitar kita.....

Jangan sampai HP yang kita beli dengan hasil keringat sendiri ini,  justru memisahkan kita dengan orang² yang kita sayangi,
Bahkan memisahkan kita dengan  Allah....!!!

Kita sama² BELAJAR,  JAUHI PHUBBING....

Mudah2an bermanfaat....

Kebaikan

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 6 PESAN INDAH MBAH MAIMUN ZUBAIR SARANG

K.H Maimun Zubair Dawuh, (pendiri pondok pesantren rembang jawa tengah)

1. jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah...barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.

2. Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah, barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.

3. Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.

4. Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia...barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.

5. Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak2 mu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu..yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

6. Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan Sama sekali Maka Tahanlah tangan dan lisanmu dari menyakiti, setidaknya Itu menjadi sefekah untuk dirimu.

Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda

Rasulullah bersabda:

« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim)

Mari selalu berusah berprilaku positif, semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.. Aamiin...Semoga bermanfaat.

KEHILANGAN

Suatu kali seorang Ayah ditanya oleh anaknya:

"Mengapa Ayah selalu rajin berdoa padahal keadaan ekonomi kita tetap biasa saja? Apa yang Ayah dapatkan dgn seringnya Ayah berdoa secara teratur kepada Allah ?".

Sang Ayah menjawab:

"Tidak ada yg Ayah dapat, malah Ayah banyak kehilangan; tetapi ....... Ayah akan beritahu kepadamu Nak, apa-apa saja yang hilang itu ...".

*Ternyata yang hilang adalah:*
- Kekuatiran.
- Kemarahan.
- Depresi.
- Kekecewaan.
- Sakit Hati.
- Kerakusan.
- Ketamakan.
- Kebencian.
- Kesombongan.

*"Setiap kali setelah berdoa Ayah selalu kembali menjadi tenang".*

Kadangkala, jawaban atas doa kita tidak selalu tentang *"apa yg kita dapat"* tetapi justru *"apa yg hilang"* dari kehidupan kita.

Janganlah selalu mengukur kebaikan Allah dari *"apa yang kita dapat"* karena terkadang Allah bekerja lewat *"apa yang hilang"* dari kehidupan kita...

*Dahsyatnya KUASA Doa ( H.M.TAUFIKURACHMAN MASRIE  )🙏👍

Minggu, 24 Juni 2018

RENUNGAN UNTUK KITA SEMUA, TERUTAMA UNTUK DIRI SAYA PRIBADI...🙏🙏🙏

*Buya Hamka:*

*1. Jika Kita Memelihara Kebencian/Dendam,* maka
seluruh 'Waktu & Pikiran' yg kita miliki akan habis begitu saja & kita tidak akan pernah menjadi 'Orang Yang Produktif'.

*2. Kekurangan Orang Lain adalah Ladang Pahala' bagi kita untuk :*
» Memaafkannya,
» Mendoakannya,
» Memperbaikinya, dan
» Menjaga Aib-nya.

*3. Bukan Gelar, Jabatan dan kekayaan yg menjadikan 'Orang Menjadi Mulia',* Jika kualitas pribadi kita buruk, semua itu hanyalah 'Topeng Tanpa Wajah'.

*4. Ciri Seseorang (Pemimpin ) itu " Baik'* akan Tampak dari :
» Kematangan Pribadi,
» Buah Karya,
» serta Integrasi antara 'Kata & Perbuatan'-nya.

*5. Jika Kita Belum bisa membagikan Harta atau membagikan Kekayaan,*  maka Bagikanlah 'Contoh Kebaikan' karena Hal itu akan 'Menjadi Tauladan'.

*6. Jangan Pernah Menyuruh Orang lain utk Berbuat Baik,* Sebelum Menyuruh Diri Sendiri',
Awali segala sesuatunya untuk kebaikan dari Diri Kita Sendiri.

*7. Pastikan Kita sudah melakukan yg terbaik & 'Beramal' hari ini,* Baik dengan :
» Materi,
» dengan Ilmu,
» dengan Tenaga,
» atau Minimal dgn
'Senyuman yg Tulus'...

*8. Para Pembohong* akan
'Dipenjara oleh Kebohongannya' sendiri.
Orang yg Jujur akan
'Menikmati Kemerdekaan' dalam Hidupnya.

*9. Bila Memiliki 'Banyak Harta', maka Kita lah yg akan 'Menjaga Harta'.*
Namun Jika Kita Memiliki 'Banyak Ilmu', maka Ilmu lah yg akan 'Menjaga Kita'.

*10. Bila 'Hati Kita Bersih',*
Tak ada Waktu untuk :
» Berpikir Licik,
» Curang,
» atau Dengki,
sekalipun terhadap Orang lain.

*11. Bekerja Keras adalah 'Bagian Dari Fisik',* Bekerja Cerdas merupakan 'Bagian Dari Otak', sedangkan Bekerja Ikhlas adalah
'Bagian Dari Hati'.

*12. Jadikanlah setiap 'Kritik'* bahkan 'Penghinaan' yg Kita Terima sebagai 'Jalan Untuk Memperbaiki Diri'.

*13.Kita tdk pernah tahu Kapan* 'Kematian' akan 'Menjemput Kita, tapi yg Kita Tahu  adalah kematian itu pasti datang & seberapa Banyak Bekal rohani yg Kita Miliki untuk Menghadapinya..

RENUNGAN UNTUK KITA SEMUA, TERUTAMA UNTUK DIRI SAYA PRIBADI...🙏🙏🙏

Sabtu, 23 Juni 2018

Fitnah lebih kejam dari pembunuhan

"Kyai, maafkanlah saya yang telah memfitnah pak kyai dan ajarkan saya sesuatu yang bisa menghapuskan kesalahan saya ini. Aku berusaha menjaga lisanku, tak ingin sedikitpun menyebarkan kebohongan dan menyinggung perasaan kyai."

Kyai Husain terkekeh sambil berkata,  "Apa kau serius?"

Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan. "Saya serius, Kyai. Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya."

Kyai Husain terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan Kyai Husain kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga membayangkan sebuah laku, atau tirakat, atau apa saja yang bisa menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku. Beberapa saat kemudian, Kyai Husain mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar perkiraanku. Di luar perkiraanku....

"Apakah kau punya sebuah kemoceng di rumahmu?"

Aku benar-benar heran Kyai Husain justru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.

"Maaf, Kyai?" Aku berusaha memperjelas maksud kyai Husain.

Kyai Husain tertawa, seperti kyai Husain yang biasanya. Diujung tawanya, ia sedikit terbatuk. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku, "Ya, temukanlah sebuah kemoceng di rumahmu," kata beliau.

Tampaknya Kyai Husain benar-benar serius dengan permintaannya. "Ya, saya punya sebuah kemoceng di rumah, Kyai. Apa yang harus saya lakukan dengan kemoceng itu?"

Kyai Husain tersenyum.

"Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pondokku. Berjalanlah sambil mencabuti bulu-bulu dari kemoceng itu. Setiap kali kau mencabut sehelai bulu, ingat-ingat perkataan burukmu tentang aku, lalu jatuhkan di jalanan yang kau lalui," ujar beliau.

Aku hanya bisa mengangguk. Aku tak akan membantahnya. Barangkali maksud kyai Husain adalah agar aku merenungkan kesalahan-kesalahanku. Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan waktu.

"Kau akan belajar sesuatu darinya," kata kyai Husain. Ada senyum yang sedikit terkembang di wajahku.

***

Keesokan harinya, aku menemui Kyai Husain dengan sebuah kemoceng yang sudah tak memiliki sehelai bulupun pada gagangnya. Aku segera menyerahkan gagang kemoceng itu pada beliau.

"Ini, Kyai, bulu-bulu kemoceng ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 5 km dari rumah saya ke pondok ini. Saya mengingat semua perkataan buruk saya tentang Kyai. Saya menghitung betapa luasnya fitnah-fitnah saya tentang Kyai yang sudah saya sebarkan kepada begitu banyak orang. Maafkan saya, kyai. Maafkan saya..."

Kyai Husain mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya.
"Seperti aku katakan kemarin, aku sudah memaafkanmu. Barangkali kau hanya khilaf dan hanya mengetahui sedikit tentangku. Tetapi kau harus belajar sesuatu,” kata beliau.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Kyai Husain yang lembut, menyejukkan hatiku.

"Kini pulanglah," kata Kyai Husain.

Aku baru saja akan segera beranjak untuk pamit dan mencium tangannya, tetapi Kiai Husain melanjutkan kalimatnya, "Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kau menuju pondokku tadi."

Aku terkejut mendengarkan permintaan kyai Husain kali ini, apalagi mendengarkan "syarat" berikutnya:
"Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu kemoceng yang tadi kaucabuti satu per satu. Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang bisa kau kumpulkan."

Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Kyai Husain.

"Kau akan mempelajari sesuatu dari semua ini," tutup Kyai Husain.

***

Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu kemoceng yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit menemukan bulu-bulu itu. Mereka tentu saja telah tertiup angin, atau menempel di sebuah kendaraan yang sedang menuju kota yang jauh, atau tersapu ke mana saja ke tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.

Tapi aku harus menemukan mereka! Aku harus terus mencari ke setiap sudut jalanan, ke gang-gang sempit, ke mana saja!

Aku terus berjalan.

Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku berat. Tenggorokanku kering. Di tanganku, kugenggam lima helai bulu kemoceng yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan.

Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan yang kucabuti dan kujatuhkan dalam perjalanan pergi, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut lagi di perjalanan pulang. Ya, hanya lima helai. Lima helai!!!

***

Hari berikutnya aku menemui Kyai Husain dengan wajah yang murung. Aku menyerahkan lima helai bulu kemoceng itu pada Kyai Husain.
"Ini, Kyai, hanya ini yang berhasil saya temukan."
Aku membuka genggaman tanganku dan menyodorkannya pada Kyai Husain.

Kyai Husain terkekeh sambil berkata, "Kini kau telah belajar sesuatu."

Aku mengernyitkan dahiku. Benar-benar tidak mengerti.
"Apa yang telah aku pelajari, Kyai?"

"Tentang fitnah-fitnah itu," jawab kyai Husain.

Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.

"Bulu-bulu yang kaucabuti dan kaujatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kausebarkan. Meskipun kau benar-benar menyesali perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu adalah kata-katamu. Mereka dibawa angin waktu ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin bisa kau duga-duga, ke berbagai wilayah yang tak mungkin bisa kauhitung!"

Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Kyai Husain. Seolah-olah ada tabrakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada hujan mata pisau yang menghujam jantungku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.

"Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri. Barangkali kau akan berusaha meluruskannya, karena kau benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kau tak tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kau tak bisa menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kendalimu, tak bisa kau bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kau kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabadikannya."

"Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada ujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. Dosa yang terus berjalan diluar kendali pelaku pertamanya. Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau siapapun saja yang kau fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak bisa membayangkan ujung dari semuanya. Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kau tak bisa menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak."

Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai.
"Astagfirullahal-adzhim… Astagfirullahal-adzhim… Astagfirullahal-adzhim…"
Aku hanya bisa terus mengulangi istighfar. Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua ujung mataku.

"Ajari saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Kyai. Ajari saya! Ajari saya! Astagfirullahal-adzhim…"
Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.

Kyai Husain tertunduk. Beliau tampak meneteskan air matanya.
"Aku telah memaafkanmu setulus hatiku, Nak,” kata beliau.
"Kini, aku hanya bisa mendoakanmu agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahwa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah zat yang Maha terus menerus menerima taubat manusia… Innallaaha tawwaabur-rahiim..."

Aku disambar halilintar jutaan megawatt yang mengguncangkan batinku! Aku ingin mengucapkan sejuta atau semiliar istighfar untuk semua yang sudah kulakukan! Aku ingin membacakan doa-doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!

"Kini kau telah belajar sesuatu," kata Kyai Husain, setengah berbisik. Pipinya masih basah oleh air mata, "Fitnah-fitnah itu bukan hanya tentang dirimu dan seseorang yang kau sakiti. Ia lebih luas lagi. Demikianlah, anakku, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan..."

Jumat, 22 Juni 2018

ISTRI MENUTUPI KEMISKINAN SUAMINYA

*SEORANG ISTRI MENUTUPI KEMISKINAN SUAMINYA.*

Ada sebuah kisah, ketika seorang suami menangis kepada sahabatnya.

Sahabatnya itu pun bertanya, *"Kenapa kau menangis tersedu-sedu seperti ini?"*

Sang suami menjawab, *"Istriku sedang sakit demam"*

Sahabatnya bertanya lagi, *"Sebegitu cintanyakah kau?Sehingga istri sakit demam saja sampai menangis sangat dlm seperti ini?*

Sang suami menjawab, *"Kau tahu siapa istriku?"*

Lalu sang suami menceritakan pada sahabatnya, Aku ini miskin, tdk punya pekerjaan tetap & setiap hari keluargaku hanya makan dngn kacang,itu pun jika aku pulang.

Jika aku tak pulang karena blm mendapat apa "untuk dimakan paling istriku hanya minum air atau berpuasa.

Suatu hari keluarga mertuaku mengundang kami untuk berkunjung ke rumahnya, kebetulan istriku berasal dari keluarga kaya.

Saat aku duduk berkumpul bersama mertuaku & keluarga yang lain di meja makan dengan hidangan yang mewah, aku tidak menemukan istriku. Lalu aku bertanya kepada ibu mertuaku,

*"Dimanakah dia ibu?".* Ibu mertuaku menjawab, *"Istrimu sedang di dapur, dia mencari kacang.....Katanya dia sudah bosan dngn hidangan lauk & daging, sehingga dia sangat ingin makan kacang"*
Ketika mendengar itu ayah mertuaku langsung memelukku sambil berkata,... *"Terima kasih menantuku kau telah mencukupi nafkah anakku dngn baik, sampai "dia bosan makan daging & malah ingin mencoba makan kacang."*

Saat itu dadaku tersesak, menahan tangis.

Lalu saat pulang ke rumah kami aku tak bisa lagi menahan tangis, sambil ku peluk erat istriku ...

*"Betapa engkau sangat menjaga kehormatanku di hadapan orang lain wahai istriku walau pun itu orang tuamu sendiri, sedangkan aku tahu setiap hari kau hidup kekurangan disini, bahkan sampai tdk makan sama sekali."*

Istriku hanya menjawab, *"Aku berkewajiban menjaga kehormatanmu, Karena istri adalah pakaian suami & suami adalah pakaian istri. Karena itu istri adalah kehormatan suaminya, begitu juga pun sebaliknya suami adalah kehormatan bagi isterinya"*.

Allahu Akbar

*SEMOGA BERMANFA'AT*
Aamiin Allahuma Aamiin

HIDUPKU DAN MATIKU

WS RENDRA.
KELAHIRAN SURAKARTA   1935
MENINGGAL  DI DEPOK.      2009    

* Puisi terakhir WS Rendra
di buat sesaat sebelum dia wafat)*

                               
Hidup itu seperti *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Orang memuji *MILIKKU*,
aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA ...

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.

Dan kalau bukan milikku,
apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?

Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja ..._
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*....

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,

_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak *KEMISKINAN*,_
Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.

Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*, 
harus berjalan seperti penyelesaian matematika
dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...

Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan *DIA* seolah _Mitra   Dagang_ ku
dan bukan sebagai *Kekasih!*

Kuminta *DIA* membalas _perlakuan baikku_
dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku ...

Padahal setiap hari kuucapkan,
*_Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU

Mulai hari ini,
ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan
dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendakMU saja ya *Allah* ...

Sebab aku yakin....
*ENGKAU* akan memberikan anugerah dalam hidupku ...
*KEHENDAKMU*  adalah yang ter *BAIK* bagiku ..

Ketika aku ingin hidup *KAYA*,
aku lupa,
bahwa *HIDUP* itu sendiri
adalah sebuah *KEKAYAAN*.

Ketika aku berat utk *MEMBERI*,
aku lupa,
bahwa *SEMUA* yang aku miliki
juga adalah *PEMBERIAN*.

Ketika aku ingin jadi yang *TERKUAT*,
....aku lupa,
bahwa dalam *KELEMAHAN*,
Tuhan memberikan aku *KEKUATAN*.

Ketika aku takut *Rugi*,
Aku lupa,
bahwa *HIDUPKU* adalah
sebuah *KEBERUNTUNGAN*,
kerana *AnugerahNYA.*

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu *BERSYUKUR* kepada *NYA*

Bukan karena hari ini *INDAH* kita *BAHAGIA*.
Tetapi karena kita *BAHAGIA*,
maka hari ini menjadi *INDAH*.

Bukan karena tak ada *RINTANGAN* kita menjadi *OPTIMIS*.
Tetapi karena kita optimis, *RINTANGAN* akan menjadi tak terasa.

Bukan karena *MUDAH* kita *YAKIN BISA*.
Tetapi karena kita *YAKIN BISA*.!
semuanya menjadi *MUDAH*.

Bukan karena semua *BAIK* kita *TERSENYUM*.
Tetapi karena kita *TERSENYUM*, maka semua menjadi *BAIK*,

Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar,
cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK*
yang dapat dilalui orang,

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
cukuplah menjadi *LENTERA*
yang dapat menerangi sekitar kita,

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,
maka *BERDOALAH* untuk
kebaikan.

Di-Share karena ini sangat bagus untuk pembelajaran kehidupan kita semua

🍀🌿🍀🌿🍀🌿

Selasa, 19 Juni 2018

Inspirasi


Tidak ada
*"orang baik"*
yang tidak punya
*masa lalu*,
Dan tidak ada
*"orang  jahat"*
yang tidak punya
*masa depan*.

Setiap orang memiliki
*kesempatan*
yang sama untuk
*berubah menjadi lebih baik*.

Bagaimanapun masa lalunya dahulu,
sekelam apa lingkungannya dulu,
dan seburuk apa perangainya di masa lampau.

Berilah kesempatan seseorang untuk
*berubah*.

Karena,
*"seseorang yang hampir membunuh Rasul pun"*
kini berbaring di sebelah makam beliau. :
*Umar bin Khattab.*

Jangan melihat seseorang dari masa lalunya..
*"Seseorang yang pernah berperang melawan agama Allah pun"*
akhirnya menjadi pedang-nya
*Allah* :
*Khalid bin Walid*

Jangan memandang seseorang dari
*status*
dan
*hartanya*,
karena
*sepatu emas fir'aun berada di neraka*,
sedangkan
*terompah Bilal bin rabah terdengar di syurga.*

*Intinya*,

Jangan memandang
*remeh*
seseorang karena
*masa lalu*
dan
*lingkungannya*,
karena
*bunga teratai*
tetap
*mekar cantik*
meski tinggal di air yang kotor.

Maka untuk jadi
*hebat*
yang diperlukan adalah
*kuatnya tekad*.

Tak perlu pusingkan masa lalu,
tak perlu malu dengan tempat asalmu,
jika kau mau.

Kau bisa menjadi laksana
*bunga teratai*
yang tinggal di air yang kotor namun tetap
*mekar mengagumkan*.

*Berubah*
dan
*bangkit*
jauh lebih
*indah*
dari pada
*diam*
dan hanya
*bermimpi*
tanpa melakukan tindakan apapun.

*INGATLAH!!!*

Jika semua yang kita
*kehendaki*
terus kita
*miliki*,
dari mana kita belajar *Ikhlas...*?

Jika semua yang kita
*impikan*
segera
*terwujud*,
darimana kita belajar
*Sabar...*

Jika setiap
*do’a*
kita terus
*dikabulkan*,
bagaimana kita dapat belajar
*Ikhtiar...*

Seorang yang dekat dengan
*Allah*,
bukan berarti tidak ada
*air mata...*

Seorang yang tekun
*berdo’a*,
bukan berarti tidak ada
*masa² sulit...*

Biarlah
*Sang Penyelenggara Hidup*
yang berdaulat sepenuhnya atas kita,
karena hanya
*Dia-lah/ ALLAH SWT*
yang tahu waktu dan kondisi yang tepat untuk memberikan yang
*Terbaik..*

Tetap
*SEMANGAT…*
Tetap
*SABAR…*
Tetap
*IKHLAS…*
Tetap
*SYUKUR...*
Tetap
*BERDOA...*
Karena kita sedang kuliah di *_UNIVERSITAS KEHIDUPAN..._*

Orang yang
*Hebat*
tidak dihasilkan melalui
*Kemudahan, Kesenangan, dan Kenyamanan...*

Mereka dibentuk melalui
*KESUKARAN, TANTANGAN*
dan bahkan
*AIR MATA*..

Gantungkan hidup kita sepenuhnya hanya kepada
*_ALLAH AZZA WA JALLA_*

Barakallah fiikum . Selamat berlibur  sahabat 🙏🙏🙏

Jangan sombong

*KETIKA SEMUANYA BERAKHIR " SAMA*"

*SAAT USIA 40 TH an*..." PENDIDIKAN TINGGI DAN PENDIDIKAN RENDAH , SAMA SAJA. ( malah beberapa orang yg pendidikan tak tinggi dan tak terlalu berprestasi justru punya lebih byk uang)😉

*SAAT USIA 50 an*...." CANTIK DAN JELEK sama ( tak peduli seberapa cantiknya kamu . Diusia itu   kerutan, darkspot, kulit kendur, gak bisa terus kamu sembunyikan dengan Gincu dan bedakmu.🙂

*SAAT USIA 60 an*...." POSISI TINGGI DAN POSISI RENDAH SAMA. ( Setelah semua pensiun, tak perlu lagi menghindari boss mu)

*SAAT USIA 70 an*..." RUMAH BESAR DAN RUMAH KECIL SAMA,.( Tulang sendi lutut dan kakimu semakin tua, sulit untuk bisa bergerak, sekarang kamu cuma butuh ruang kecil untuk bisa duduk)😙

*SAAT USIA 80 an*..." PUNYA UANG DAN TIDAK PUNYA UANG SAMA ( saat itu uangmu tak lagi bisa membeli steak yg lezat, gulai rendang dll karena Tubuhmu tak bisa dimasuki byk makanan , Lidahmu sudah tak punya rasa.
dan kamu tak bisa lagi ketempat dimana kamu bisa menghabiskan uangmu.🤨

*SAAT USIA 90 an*..."TIDUR DAN BANGUN SAMA", ( karena setelah bangun kamu tetap tidak tau apa yg akan kamu lakukan)😐

*SAAT AJALMU TIBA*...." KAYA DAN MISKIN SAMA" (  ..msk dlm peti plus dimasukan kedalam tanah yang ukurannya sama) orang2 akan menangisi kamu kemudian melupakanmu karena mereka sudah dipenuhi persoalan hidupnya. 😪

jadii...Semasa Hidup Jangan terlalu tinggi hati atas apa yg kita MILIKI, karena kita akan berakhir SAMA
hanya amal yg membedakan, amal baik dibalas kebaikan dan dosa akan dibalas keburukan. MARI BERKARYA 🙏✍

#tafakur diri #duniasementara #jabatansentara #berkaryasementara #jangansombong

Senin, 18 Juni 2018

E M P A T I

"Filosofi Orang Jepang Mengenai Empati" (Bagus Banget, Wajib Dibaca & Dishare)

Hubungan antar manusia yg paling tinggi levelnya, yang terus diajarkan dari generasi ke generasi, diajarkan sejak balita & menjadi kiblat orang Jepang adalah "Empati".

Empati atau mem-posisi-kan diri menjadi ORANG LAIN
(memposisikan diri kita menjadi lawan bicara).

Kalau sedang ngomong sama Orang Tua, cobalah untuk menjadi orang tua yang sering "kebingungan" itu.

Sedang ngomong dengan "Anak Anda", maka jelmakan diri Anda menjadi anak yang bandel.

Sedang ngomong ke Customer atau Downline, maka menjelmalah menjadi dia terlebih dulu.

Mau ngomong ke Upline, Sahabat, Musuh, maka jadikanlah diri Anda diri mereka terlebih dulu & bila Anda menjadi dia, "apa yang ingin Anda dengarkan?"

Kenapa dompet yang jatuh di kereta Jepang, kemungkinan besar AKAN balik ke pemiliknya?

Karena yg menemukan langsung akan berpikir, bila uang di dompet ini saya ambil... Jangan-jangan yang punya, gak punya uang lagi, gajian baru bulan berikut nya, dia pasti akan bingung bayar hutang, bingung bayar listrik, bingung beli makan, nanti dia akan dimarahin istri, anak dia akan kelaparan atau dia akan mati karena perbuatan saya ini.

Ya, mereka selalu berpikir tentang Empati.

Itulah makanya negaranya aman & cepat maju karena sejak kecil sudah diajarkan Empati.

1. Yang ketahuan korupsi, bunuh diri karena malu.

2. Pejabat yang merasa gagal akan mundur, karena dia pakai kacamata rakyatnya.

3. Wanita pulang kerja malam hari terjamin keamanannya, karena para pria berpikir, gimana kalau itu adik, anak atau istri saya.

Milikilah ilmu orang Jepang.

Silahkan utk meng-copy-nya jika itu memang bagus untuk Anda & Keluarga, dan Bagikan kepada Sanak Saudara, Teman2 serta Sahabat 🙏‎

Kamis, 14 Juni 2018

Idul fitri

بسم الله الرحمن الرحيم

*_Materi Khutbah Idhul Fitri 1439 H_*

*_Ilmu dan Derajat Manusia_*

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ،صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَفَوْزًا عَظِيمًا

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،

Para jamaah idul fitri yang dimuliakan Allah,

Sebelum agama Islam datang, dunia ini diliputi dengan kekerasan dan penindasan yang disebabkan oleh kebodohan. Manusia terbagi menjadi dua kelas sosial, masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Masyarakat kaya berisi para raja dan orang-orang yang memiliki hamba sahaya atau budak. Sedangkan masyarakat kelas bawah adalah para budak, petani, dan masyarakat secara umum. Masyarakat kelas atas menindas masyarakat kelas bawah. Kekerasan terjadi secara sistematis, bahkan undang-undang dalam masyarakat yang bias keadilan hanya memihak kepada masyarakat kelas atas yang menindas kaum tak punya.

            Menghadapi kenyataan yang bengis dan penuh kedzaliman itu, sekitar tahun 610 M. nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam menyeru kepada umat manusia untuk menghilangkan penindasan di muka bumi dengan mengajak umat manusia untuk belajar. Salah satu ayat al-Quran yang pertama kali diturunkan adalah perintah untuk membaca: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang Menciptakan).

            Melalui ayat ini Allah memerintahkan kepada umat manusia supaya membaca, yakni mendayagunakan akal-pikirnya untuk memahami wahyu yang tertulis, yakni al-Quran dan wahyu yang tidak tertulis, yaitu alam semesta. Melalui ilmu pengetahuan, nabi Muhammad mengajak umat manusia untuk berperilaku baik, menjadikan semua lapisan masyarakat setara di hadapan hukum, dan menghilangkan tindak kezaliman.

            Setelah nabi menerima wahyu, yang pertamakali tertarik dan mengimani dakwah nabi, selain istrinya, Khadijah binti Khuwailid, adalah orang-orang yang pada masa itu digolongkan sebagai kelompokmustadl’afîn (orang-orang lemah), yaitu hamba sahaya dan masyarakat yang tak punya. Kepada penganutnya yang rata-rata dari kaum dlu’afâ`, nabi mengumpulkannya di masjid, lalu nabi mengajarkan ajaran Islam kepada mereka. Taqiyuddîn al-Maqrîzî dalam kitabnya yang berjudul Imtâ’ al-Asmâ’menginformasikan, ketika nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam duduk di masjid, maka kaum dlu’afa yang mengikutinya seperti ‘Ammâr, Khabbâb, Shuhaib, Bilâl, Abû Fukaihah, ‘Âmir bin Fuhairah, dan yang lainnya ikut duduk bersama nabi.

            Sementara itu, kufar Quraisy yang secara ekonomi dan kekuasaan takut dirugikan oleh dakwah nabi yang membela masyarakat tertindas itu, terus berusaha membendung dakwah nabi dengan cara melarang masyarakat untuk mengikuti agama Islam, hingga memerangi serta mengusir nabi dan sahabatnya dari tanah kelahirannya, yakni Makkah.

 

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Jamaah shalat idul fitri yang berbahagia,

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam memerangi perilaku jahat, kedzaliman, dan tindak kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Arab saat itu dengan mengajak dan mendidik umat manusia supaya memiliki ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, seseorang akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, dan mana yang membahayakan. Karenanya, belajar atau sekolah di dalam Islam memiliki tempat yang sangat istimewa.

Allah Swt berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ

Artinya: “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujâdalah 11).

Dalam QS. Ali ‘Imrân 18 Allah berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْط

Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan.”

Kata “ûlûl ‘ilmi” dalam ayat di atas artinya adalah orang yang memiliki ilmu. Allah menyebutkan “orang berilmu” dalam ayat tersebut pada urutan ketiga setelah penyebutan diri-Nya dan malaikat. Hal ini menunjukkan bahwa “orang yang berilmu” memiliki tempat yang sangat istimewa di sisi Allah, dan orang yang berilmu akan menegakkan keadilan.

Sedangkan hadis nabi yang menjelaskan tentang perintah mencari ilmu atau sekolah dan keutamaannya juga banyak sekali. Antara lain:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Mencari ilmu hukumnya wajib bagi semua orang Islam.”

لَا يَنْبَغِيْ لِلْجَاهِلِ أَنْ يَسْكُتَ عَلَى جَهْلِهِ وَلَا لِلْعَالِمِ أَنْ يَسْكُتَ عَلَى عِلْمِهِ

Artinya: “Orang bodoh tidak boleh diam atas kebodohannya, dan orang berilmu tidak boleh diam atas pengetahuan yang dimilikinya.” 

Kepada sahabatnya yang bernama Kumail, Ali bin Abi Thalib mengatakan:

يَا كُمَيْلُ، اَلْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ

“Wahai Kumail, ilmu itu lebih baik daripada harta benda.”

اَلْعِلْمُ يَحْرُسُكَ وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ

“Ilmu akan menjagamu, sementara engkau akan menjaga harta.”

وَالْعِلْمُ حَاكِمٌ وَالْمَالُ مَحْكُوْمٌ عَلَيْهِ

“Ilmu akan menjadi hakim (pemutus), sementara harta akan menjadi sesuatu yang dihakimi (diputuskan).”

وَالْمَالُ تَنْقُصُهُ النَّفَقَةُ وَالْعِلْمُ يَزْكُوْ بِالْإِنْفَاقِ

“Harta akan berkurang sebab digunakan, sementara ilmu akan bertambah bila diberikan atau diamalkan.”

Lebih jauh Sahabat Ali bin Abi Thalib mendendangkan syair:

مَا الْفَخْرُ إِلَّا لِأَهْلِ الْعِلْمِ إِنَّهُمْ    #         عَلَى الْهُدَى لِمَنِ اسْتَهْدَى أَدِلَّاءُ

“Tidak ada kebanggaan kecuali bagi orang-orang yang punya ilmu, mereka menjadi petunjuk bagi orang yang meminta ditunjukkan.”

وَقَدْرُ كُلِّ امْرِىءٍ مَا كَانَ يُحْسِنُهُ   #         وَالْجَاهِلُوْنَ لِأَهْلِ الْعِلْمِ أَعْدَاءُ

“Derajat setiap orang adalah dapat memperbaiki sesuatu, sementara orang-orang bodoh memusuhi orang-orang yang berilmu.”

فَفُزْ بِعِلْمٍ تَعِشْ حَيّاً بِهِ أَبَداً        #         اَلنَّاسُ مَوْتَى وَأَهْلُ الْعِلْمِ أَحْيَاءُ

Maka menangkanlah dengan ilmu. Dengan ilmu engkau akan hidup selama-lamanya. Semua manusia akan mati, sementara orang berilmu akan tetap hidup.

Hadirin, hadirat yang dimuliakan Allah,

Kemiskinan dan mencari ilmu atau belajar kerap kali dipertentangkan. Hanya gara-gara tak punya biaya kemudian mencari ilmu ditinggalkan. Seharusnya tidak demikian.

Apabila membaca sejarah peradaban Islam, maka akan didapati; betapa banyak para ilmuan-ilmuan muslim justru lahir dari kalangan orang-orang miskin dan rakyat jelata. Beberapa nama yang mungkin bisa disebut dalam kesempatan ini, antara lain: Muhammad bin Idris As-Syâfi’î atau biasa dikenal dengan Imam Syâ’fi’i yang menjadi panutan umat Islam Indonesia dan negara lainnya dalam bidang hukum Islam (fikih). Imam Syâfi’î lahir pada tahun 150 H di Ghazzah (Gaza) atau sekarang menjadi salah satu kota di Palestina dan wafat pada tahun 204 H di Mesir. Beliau lahir dari keluarga miskin dan bukan dari keluarga raja atau ulama, namun ketekunannya dalam belajar dapat mengantarkan Asy-Syafi’i menjadi ilmuan besar dan punya banyak karya, antara lain; kitab Al-Umm dalam bidang fikih dan Ar-Risâlah yang menjelaskan tentang ushûl al-fiqh. Namanya harum dan dikenal di belahan dunia, dan terus dikenang sepanjang masa, serta hasil pemikirannya diikuti oleh banyak umat Islam.

Ilmuan muslim lainnya yang juga lahir dari keluarga miskin yaitu Abû Hâmid al-Ghazâli atau dikenal dengan Imam Ghazâli, lahir pada tahun 450 H di Thûs, Khurasan (sekarang Iran) dan wafat pada tahun 505 H di tempat yang sama. Beliau lahir dari keluarga tak punya, namun kemiskinan yang dialami keluarganya tak menghalangi Imam al-Ghazâli menempuh ilmu hingga kemudian berhasil menjadi orang besar. Karangannya sangat banyak, antara lain: Faishal at-Tafriqah baina al-Islâm wa az-Zandaqah, Minhâj al-‘Âbidîn, Tahâfut al-Falâsifah, Misykâtu al-Anwâr, al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, al-Mustashfâ, dan yang paling terkenal yaitu kitab Ihyâ` ‘Ulûmiddîn.

Nama lainnya yaitu Râbi’ah al-‘Adâwiyah, tokoh tasawuf perempuan yang lahir di Bashrah pada tahun 105 H dan meninggal pada tahun 185 H. Dalam ilmu tashawuf, nama ini sangat dikenal. Râbi’ah adalah wali perempuan yang lahir dari keluarga miskin, bahkan saat dirinya lahir, orangtua Râbi’ah tidak punya uang sepeser pun untuk membeli minyak lampu buat penerangan persalinan. Namun, penderitaannya dalam perekonomian tidak mengantarkan Râbi’ah menjadi glandangan, tapi ia giat mencari ilmu hingga menjadi orang sukses, menjadi kekasih Allah Swt.

 

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Jamaah idul fitri yang berbahagia,

Tidak hanya tiga ilmuan di atas, masih banyak lagi orang-orang besar sejak dahulu hingga sekarang yang lahir dari kaum dlu’afâ. Bahkan nabi Muhammad Saw sendiri lahir bukan dari kalangan ningrat, tapi dari rakyat jelata, miskin, dan yatim piatu. Tapi dengan ilmu pengetahuan, nabi Muhammad, sahabatnya dan para ulama yang memperhatikan ilmu pengetahuan demi menghilangkan kebodohan telah terbukti dapat membangun masyarakat, bisa membangun peradaban, hidupnya dapat memberikan manfaat kepada banyak orang.

Mencari ilmu atau berusaha menjadi manusia yang sempurna (al-insân al-kâmil) yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain tidak selamanya berkaitan dengan harta benda. Tapi kuncinya adalah kemauan. Di sinilah pentingnya orangtua, keluarga, dan lingkungan untuk turut serta mendidik anak sejak dini supaya mencintai ilmu pengetahuan.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya: “Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci, atau bersih. Lalu kedua orangtuanya yang menjadikannya memeluk Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Hadis ini memberikan pemahaman bahwa anak kecil bagaikan kertas kosong yang bersih dari coretan apapun. Orangtua dan keluarga sebagai lingkungan pertama yang dihadapi anak dalam berinteraksi, tentu sangat memberikan pengaruh terhadap watak dasar anak yang sedang berproses. Oleh karenanya, jika ingin anak itu kelak menjadi orang yang baik, dan ini menjadi keinginan semua orangtua, maka orangtua harus mendidiknya sejak kecil supaya anak terbiasa dengan melakukan kebaikan-kebaikan. Bahkan, dalam Islam mendidik anak harus dimulai sejak masih dalam kandungan, yakni dibacakan al-Quran, dzikir, dan lantunan-lantunan doa. Itu semua demi masa depan anak, agar menjadi anak yang shâlih yang dapat menjadi warisan berharga bagi yang meninggalkannya.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

Artinya: “Jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shâlih yang terus mendoakannya.”

            Meninggalkan warisan kekayaan melimpah terkadang dapat memicu pertengkaran dan permusuhan di antara keluarga, tapi meninggalkan 3 hal di atas dapat mengantarkannya ke sorga dan membahagiakan orang-orang yang ditinggalkannya.

            Dengan meneladani para tokoh terdahulu yang lahir dari rakyat jelata dengan ekonomi yang serba kekurangan, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan bukan penghalang seseorang mencari ilmu, karena kemiskinan dapat dikalahkan dengan peran keluarga yang menanamkan kemandirian kepada anak-anaknya.

            Jadi, langkah yang harus dilakukan dalam mengatasi benyaknya perilaku kasar, zalim, keterbelakangan dan kemunduran bangsa, serta berbagai tindakan yang tidak bermoral yang setiap hari menjadi tontonan adalah dengan mendidik anak dan menyekolahkannya. Masa depan orangtua ditentukan oleh keturunannya, dan masa depan bangsa ditentukan oleh generasi mudanya. Pepatah Arab mengatakan: شباب اليوم رجال الغد(Generasi muda sekarang adalah pemimpin masa depan).

            Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Selamat hari raya idul fitri 1439 H , mohon maaf lahir dan batin.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ عِيْدِنَا، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا أَعْوَامًا عَدِيْدَةً

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ أنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ، قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ، إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ. [الزمر: 9] جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا، وَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
_________________________

=== الخُطْبَةُ الثَّانيةُ ===

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،

اللهُ أكبرُ، وللهِ الحَمْدُ.

الْحَمْدُ لِلَّهِالرَّحِيمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيمِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً. اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللَّهمّ إلَيْكَ نَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِنا، وَقِلَّةَ حِيْلَتِنَا، وَهَوَانَنَا عَلَى النَّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، أَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِينَ، وَأَنْتَ رَبُّنَا، إلَى مَنْ تَكِلُنا، إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهَّمُنَا، أَمْ إلَى عَدُوٍّ مَلَّكْتَهُ أَمْرَنَا، إِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ عَلَيْنَا غَضَبٌ فَلَا نُبَالِي، وَلَكِنَّ عَافِيَتَكَ هِيَ أَوْسَعُ لَنَا، نَعُوْذُ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِنا غَضَبَكَ، أَوْ يَحِلَّ عَلَيْنَا سُخْطُكَ، لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِكَ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
________________________________
_Semoga bermanfaat untuk referensi kutbah Idhul Fitri_
_Taqobalallohu minna wa minkum, Taqobalallohu yaa Kariim_

Selasa, 12 Juni 2018

MANA MAK

Mak  berdiri di depan pintu. Wajah Mak kelihatan resah. Mak menunggu si bungsu pulang dari mengaji. Ayah pulang dari sawah, dan menanyakan si Gadang sama Mak: Si Gadang mana?
Mak menjawab, “Ada di dapur sedang menyiapkan makan.”

Ayah tanya Mak lagi,” Angah mana?”
Mak jawab, “Angah mandi, baru pulang main bola.”

Ayah tanya Mak lagi, “Atiak mana?”
Mak menjawab, “Atiak, Kicik nonton tv dengan Alang di dalam”

Ayah tanya lagi, “Adik sudah pulang?”
Mak menjawab, “Belum. Seharusnya sudah pulang.  Sepeda adik rusak.. Sebentar lagi kalau nggak pulang juga kita pergi cari adik.

Mak menjawab pertanyaan ayah sepenuh hati. Tiap hari ayah menanyakan hal yang sama.
Mak selalu menjawab dengan penuh perhatian. Mak selalu mengetahui bagaimana keadaan anak-anak Mak setiap saat.

*20 tahun kemudian*

*Jam 6.30 sore*

Ayah pulang ke rumah. Baju ayah basah. Hujan turun sejak siang tadi.
Ayah tanya si Gadang, “Mana Mak?”
Si Gadang sedang mematut-matut baju barunya, lalu menjawab, “Nggak tahu.”

Ayah tanya Angah, “Mana Mak?”
Si Angah sedang nonton TV lalu menjawab, “Mana saya tahu.”

Ayah tanya si Atiak, “Mana Mak?”
Ayah menunggu lama jawaban dari Atiak yang  asyik membaca majalah.
Ayah tanya si Atiak lagi, "Mana Mak?"
Atiak  menjawab, “Entah.”
Atiak terus membaca majalah tanpa menoleh kepada Ayah.

Ayah tanya Alang, “Mana Mak?”
Alang nggak menjawab. Alang hanya menggerakkan bahu tanda tidak tahu.

Ayah nggak mau tanya Kicik dan Adik yang sedang asyik ber-facebook. Ayah tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

Tidak ada siapapun yang tahu di mana Mak. Tidak ada satupun anak-anak yang ingin tahu di mana Mak. Mata dan hati anak-anak tidak ada pada Mak. Hanya mata dan hati Ayah yang mencari-cari di mana Mak.  Tidak ada anak-anak Mak yang tahu setiap kali ayah bertanya, "Mana Mak?"

Tiba-tiba Adik bungsu bersuara, “Mak ini sudah senja pergi juga merayap. Nggak segera pulang!”
Tersentak hati Ayah mendengar  kata-kata Adik.

Dulu anak-anak Mak akan berlari mendekap Mak, apabila pulang dari sekolah. Mereka akan tanya "Mana Mak?" apabila Mak tidak menunggu mereka di depan pintu.

Mereka akan tanya, "Mana Mak." Apabila dapat rangking 1 atau kaki lecet main bola di sekolah.  Mak  gelisah apabila anak-anak Mak lambat pulang. Mak ingin tahu di mana semua anak-anaknya berada setiap saat. Sekarang anak-anak sudah besar. Sudah lama anak-anak Mak tidak bertanya "Mana Mak?" Semakin anak-anak Mak besar, pertanyaan "Mana Mak?" semakin hilang dari bibir anak-anak Mak.

Ayah berdiri di depan pintu menunggu Mak. Ayah gelisah menunggu Mak karena sudah senja begini Mak masih belum pulang. Ayah risau karena sejak akhir-akhir ini Mak selalu mengeluh sakit lutut.

Dari jauh kelihatan sosok Mak berjalan memakai payung yang sudah uzur. Besi-besi payung tersembul keluar dari kainnya. Hujan masih belum berhenti. Mak menjinjing dua bungkusan plastik. Sudah kebiasaan bagi Mak, Mak akan bawa sesuatu untuk anak-anak Mak apabila pulang dari berjalan.

Sampai di halaman rumah Mak berhenti di depan deretan mobil anak-anak Mak. Mak buang daun-daun yang mengotori mobil anak-anak Mak.  Mak usap bahagian depan mobil Atiak perlahan-lahan. Mak merasakan seperti mengusap kepala Atiak waktu Atiak kecil. Mak senyum. Kedua bibir Mak ditutup rapat. Senyum tertahan, hanya Ayah yang faham. Sekarang Mak tidak dapat lagi mengusap kepala anak-anak seperti ketika anak-anak Mak kecil dulu. Mereka sudah besar. Mak takut anak Mak akan menepis tangan Mak kalau Mak lakukan.

Lima buah mobil milik anak-anak Mak berdiri megah. Mobil Atiak paling hebat. Mak tidak tahu apa kehebatan mobil Atiak itu.  Mak cuma suka warnanya. Mobil warna merah bata, warna kesukaan Mak.  Mak belum pernah merasakan naik mobil anak Mak yang ini.

Baju mak basah kena hujan. Ayah metutup payung Mak. Mak memberi salam. Salam Mak tidak berjawab. Terketar-ketar lutut Mak melangkahi anak tangga. Ayah membimbing Mak masuk ke rumah. Lutut Mak sakit lagi.

Mak meletakkan bungkusan di atas meja. Sebungkus ketan dan beberapa pisang goreng pemberian Mak Uda untuk anak-anak Mak.  Mak Uda tahu anak-anak Mak suka makan pisang goreng dengan ketan dan Mak malu untuk meminta untuk bawa pulang. Namun raut wajah Mak sudah cukup membuat Mak Uda mengerti. Saat menerima bungkusan goreng pisang dan ketan dari Mak Uda tadi, Mak sempat berkata kepada Mak Uda,  "Wah berebutlah anak-anak nanti nampak pisang goreng dan ketan kamu ini."

Sekurang-kurangnya itulah bayangan Mak. Mak bayangkan anak-anak Mak sedang gembira menikmati pisang goreng dan ketan sebagaimana waktu anak-anak Mak kecil dulu. Mereka berebut dan Mak jadi hakim pembuat keputusan. Sering kali Mak memberikan bagian Mak supaya anak-anak Mak puas makan. Bayangan itu sering singgah di kepala Mak.

Ayah menyuruh Mak menukar baju yang basah itu. Sesudah Mak menukar baju, Ayah mengiringi Mak ke dapur.  Mak ajak anak-anak Mak makan pisang goreng dan ketan. Tidak seorang pun yang menoleh kepada Mak. Mata dan hati anak-anak Mak sudah bukan pada Mak lagi.

Mak hanya tertunduk, menerima keadaan.

Ayah tahu Mak sudah tidak bisa mengharapkan anak-anak melompat-lompat gembira dan berlari mendekapnya seperti dulu. Ayah menemani Mak makan. Mak menyuap nasi perlahan-lahan, masih mengharapkan anak-anak Mak akan makan bersama. Setiap hari Mak berharap begitu. Hanya Ayah yang duduk bersama Mak di meja makan setiap malam.

Ayah tahu Mak capek sebab berjalan jauh. Siang tadi Mak pergi ke rumah Mak Uda di kampung subarang untuk mencari pisang dan beras pulut.  Mak hendak  membuat pisang goreng dan ketan kesukaan anak-anak Mak.

Ayah tanya Mak kenapa Mak tidak telepon menyuruh anak-anak menjemput. Mak jawab, "Saya sudah suruh mak Uda telepon anak-anak tadi. Tapi kata mak Uda semua tak ada yang mengangkat."

Mak  minta Mak Uda telepon anak-anak karena Mak tidak bisa berjalan pulang sebab hujan. Lutut Mak akan sakit kalau kedinginan. Ada sedikit harapan di hati Mak agar salah seorang anak Mak akan menjemput Mak dengan mobilnya.  Mak ingin kalau Atiak yang datang menjemput Mak dengan mobil barunya. Tidak ada seorangpun yang datang menjemput Mak.

Mak tahu anak-anak Mak tidak dengar telepon berbunyi. Mak  ingat kata-kata ayah, “Kita tak usah merepotkan anak-anak. Selagi kita mampu apapun kita kerjakan saja sendiri.  Mereka ada kehidupan masing-masing. Tak usah sedih-sedih. Maafkan sajalah anak-anak kita. Tak apalah kalau tak merasa menaiki mobil mereka sekarang. Nanti kalau kita mati kita masih bisa merasakan anak-anak mengangkat kita di bahu mereka.

Mak faham buah hati Mak semua sudah besar. Gadang dan Angah sudah beristeri. Atiak, Alang, Kicik dan Adik masing-masing sudah punya buah hati sendiri yang sudah mengambil tempat Mak di hati anak-anak Mak. Pada suapan terakhir, setitik air mata Mak jatuh ke piring. Pisang goreng dan ketan masih belum diusik oleh anak-anak Mak.

*Beberapa tahun kemudian*

Beberapa tahun kemudian Mak Uda tanya  Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kicik dan Adik: “Mana Mak?”.  Hanya Adik yang jawab, “Mak sudah tak ada.” Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kak Cik dan Adik tidak sempat melihat Mak waktu Mak sakit.
 
Dalam isakan tangis, Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kak Cik dan Adik merangkul kuburan Mak.
Hanya batu nisan yang berdiri tegak.  Batu nisan Mak tidak bersuara. Batu nisan tidak ada tangan seperti tangan Mak yang selalu memeluk erat anak-anaknya apabila anak-anak datang menerpa Mak semasa anak-anak Mak kecil dulu.

Mak pergi ketika Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kicik dan Adik berada jauh di kota. Kata si Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kicik dan Adik mereka tidak dengar handphone berbunyi ketika ayah menelepon mereka yang memberitahukan bahwa Mak sakit keras.

Mak faham, mata dan telinga anak-anak Mak adalah untuk orang lain bukan untuk Mak.
Hati anak-anak Mak bukan milik Mak lagi. Hanya hati Mak yang tidak pernah diberikan kepada sesiapa, hanya untuk anak-anak Mak.  Mak tidak sempat merasa diangkat di atas bahu anak-anak Mak. Hanya bahu ayah yang sempat mengangkat jenazah Mak dalam hujan renyai.

Ayah sedih sebab tidak ada lagi suara Mak yang akan menjawab pertanyaan Ayah,
"Mana Gadang?" , "Mana Angah?", "Mana Atiak?", "Mana Alang?", "Mana Kicik?" atau "Mana Adik?".  Hanya Mak saja yang rajin menjawab pertanyaan ayah itu dan jawaban Mak memang tidak pernah salah. Mak senantiasa yakin dengan jawabannya sebab Mak memang tahu di mana anak-anaknya berada pada setiap saat. Anak-anak Mak senantiasa di hati Mak tetapi hati anak-anak Mak ada orang lain yang mengisinya.

Ayah sedih.  Di tepi kubur Mak, Ayah bermonolog sendiri, "Mulai hari ini tidak perlu bertanya lagi kepada Gadang, Angah, Atiak, Alang, Kicik dan Adik: "Mana mak?" "

Mobil merah Atiak bergerak perlahan membawa Ayah pulang. Gadang, Angah, Alang, Kicik dan Adik mengikuti dari belakang. Hati ayah hancur teringat hajat Mak untuk naik mobil merah Atiak tidak kesampaian. Ayah terbayang kata-kata Mak malam itu, "Bagus sekali mobil Atiak, kan Bang? Besok-besok Atiak bawalah kita jalan-jalan ke Danau Maninjau. Saya akan buat goreng pisang dan ketan buat bekal."

"Ayah, Ayah....bangun." Suara Atiak memanggil ayah. Ayah pingsan sewaktu turun dari mobil Atiak.

Terbata-bata ayah bersuara, "Mana Mak?"    
Ayah  tidak mampu berhenti menanyakan hal itu  hingga ke akhir hayatnya...😭😭😭

Selasa, 05 Juni 2018

Beda AKU dan IBUKU

Entah siapa penulisnya,... tapi bagus untuk direnungkan:

RENUNGAN

*Beda : "AKU" dan "IBUku"*

_Ibuku luar biasa, dia sangat berbeda denganku. Setiap jumpa dan kemudian berpisah ibuku selalu berkata "maaf ibu tidak bisa memberi apa-apa kecuali doa."_
_Ucapan ini terkadang menamparku. Ibuku yang sudah begitu banyak memberi pengorbanan, perhatian dan rasa cinta yang tiada tara masih berkata *"maaf ibu tidak bisa memberi apa-apa."*_

_Sementara aku hanya cium tangan, memberi rupiah yang tak lebih dari 10 persen penghasilanku sudah merasa menjadi anak yang berbakti. Ibuku tak merasa banyak berbuat kepadaku padahal kebaikan kepadaku amat sulit untuk dihitung._

_Sementara aku sudah merasa menjadi anak yang taat dan hebat hanya dengan sekelumit kebaikanku. *Oh, betapa mulianya ibuku dan betapa naifnya diriku.*_

_Bila aku sakit, ibuku rela menempuh perjalanan ratusan kilometer dan menyeberangi lautan hanya sekedar ingin menciumku._
_Sementara bila ibuku sakit, aku hanya mengangkat telepon untuk berkata *"maaf, aku tak bisa menemani ibu."* Oh betapa bedanya aku dengan ibuku. Ia segera meninggalkan semua kesibukannya hanya untuk jumpa dengan anaknya._
_Sementara aku selalu beralasan sibuk untuk bisa menemaninya saat ia berbaring lemah karena rasa sakitnya._

_Saat aku sekolah dan kuliah, ibuku rela datang berhutang walau mungkin mendapat cacian dari yang punya uang. Tetapi kini aku tega-teganya berkata *"maaf ibu, saya belum bisa banyak membantu, aku masih harus mengembangkan bisnis dan keluargaku."*_

_Saat seperti ini ibuku hanya berkata *"ibu bahagia bila melihat kamu dan keluargamu bahagia."*_

_*Oh ibu, ..... aku semakin malu.*_

_Tadi malam, sebelum tidur aku menangis, betapa baktiku kepada ibuku belum seberapa. Dalam gelisahku, kukirimkan doa untuk ibuku,_
_*"Ya Allah, .......jaga ibuku, muliakan ibuku, beri ia tempat terhormat di dunia dan berikan ia mahkota terindah di surga-Mu kelak."*_

_*Ah,.... betapa hinanya aku*_
_Karena hanya bisa menangis dan mengirimkan doa di usiaku yang semakin tua._

_*Itu bedaku dengan ibuku.*_
_*Apa bedamu dengan ibumu???*_

*Yuk kita share ke putra putri kita ......*