Menyongsong Indonesia Emas dengan Penduduk Berkualitas
Ahli kependudukan dunia telah meramalkan bahwa Indonesia akan menempati urutan penduduk dunia yang ke empat, dalam tatanan penduduk dunia yang tetap besar jumlahnya.
12 December 2017 15:16 WIB
Oleh: Haryono Suyono
Pada tahun 2045 mendatang, sebagian dari kita barangkali sudah menikmati keindahan surga bersama keluarga tercinta dan sebagian lagi sedang berjuang dan melaksanakan amal ibadah sebagai persiapan untuk menyusul ke surga nanti atas panggilan Sang Khalik. Namun untuk saat itu ahli demografi dan kependudukan Indonesia dan juga ahli kependudukan dunia telah meramalkan bahwa Indonesia akan menempati urutan penduduk dunia yang ke empat dalam tatanan penduduk dunia yang tetap besar jumlahnya. India diramalkan bakal menjadi negara dengan penduduk terbesar menggantikan China yang kini menduduki tempat tersebut yang digeser menjadi negara nomor dua karena program KB-nya yang berhasil dengan tatanan ekonomi dunia yang maju dan berhasil mengerem laju pertumbuhan penduduknya.
Gambaran pergeseran jumlah penduduk dunia itu adalah sebagian kecil saja dari Pidato Kunci Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Prof Dr Bambang Brodjonegoro, yang disampaikan Minggu lalu dalam Seminar Nasional Demografi dan Kongres IPADI di Jakarta.
Menteri PPN/Bappenas yang akhir-akhir ini makin menguasai masalah kependudukan dan sering menyampaikan pidato dengan mengutip berbagai phenomena kependudukan melebihi Kepala BKKBN atau ahli kependudukan lain di Indonesia. Sebagai penanggung jawab perencanaan pembangunan nasional, Menteri makin getol melihat struktur, perubahan struktur dan kualitas penduduk untuk jangka pendek maupun jangka panjang sebagai modal mewaspadai kepekaannya untuk perencanaan pembangunan Indonesia serta dampak jangka pendek dan jangka panjangnya dalam memprediksi arah pembangunan Indonesia yang tepat.
Secara menarik diulas oleh Menteri phenomena penduduk Indonesia yang dewasa ini makin menjadi penduduk modern karena sebagian besar telah bergeser menjadi penduduk perkotaan yang prosentase penduduk perkotaannya sudah mencapai jumlah mayoritas yaitu sebesar 52 persen dibanding dengan penduduk pedesaan yang kelihatan menyusut menjadi hanya 48 persen. Phenomena ini bukan karena penduduk desa pindah ke kota saja, tetapi karena banyak desa-desa mendapat “posisi baru” sebagai kota karena daerahnya menjadi daerah urban karena termasuk dalam wilayah Walikota dan tidak lagi dalam wilayah Kabupaten yang memiliki daerah rural dan urban.
Perubahan itu tidak dalam hal posisi penduduk Indonesia menjadi penduduk urban saja tetapi juga karena penurunan tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang terjadi secara drastis sampai tahun 2000 lalu, menyebabkan usia harapan hidup bangsa ini telah naik menjadi sekitar 70 tahun lebih sehingga penduduk dengan usia pensiun dewasa ini, sekitar 56 – 60 tahun menjadi nampak “muda” dalam tatanan struktur penduduk di Indonesia, sehingga masih siap ikut dalam pembangunan di Indonesia.
Sayangnya penduduk lansia yang jumlahnya makin banyak itu tidak seluruhnya dari golongan masyarakat kota dengan pendidikan tinggi tetapi juga berasal dari masyarakat desa dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga kalau pensiunnya pegawai negeri, tidak seluruhnya bekas pegawai tinggi, tetapi juga berasal dari pegawai menengah dan pegawai rendah. Petani yang lansia juga bukan seluruhnya petani kaya tetapi banyak petani dengan tingkat pendapatan yang rendah selama masa hidupnya.
Oleh karena itu anak-anak muda yang berada pada posisi angkatan kerja masih harus bekerja ekstra keras untuk mendukung keluarganya, bapak ibunya serta kakek neneknya yang hidupnya lebih lama. Untung saja upaya program KB berhasil dengan baik sehingga rata-rata anak keluarga Indonesia, biarpun tidak tidak turun lagi seperti sebelum tahun 2000, sisa-sisa penurunan fertilitas itu masih menempatkan posisi TFR yang rendah dibandingkan dengan rata-rata jumlah anak keluarga Indonesia di tahun 1970-an yang berkisar antara lima sampai enam anak.
Biarpun lamban, karena tingkat pendidikan dan pelatihan tidak bisa disulap, tetapi upaya meningkatkan pendidikan anak bangsa harus secara konsisten dinaikkan, agar mutu penduduk Indonesia meningkat tajam. Dengan peningkatan kualitas itu dapat dipastikan anak-anak muda Indonesia akan makin sanggup menanggapi lowongan kerja yang terbuka dan bekerja dengan kualitas tinggi. Karena itu, program pembangunan yang diarahkan ke desa diharapkan akan menahan anak desa tetap bekerja dan mengolah tanah dan ladang yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan tehnik pertanian modern di desanya. Usaha dalam bentuk Prudes yang memberi kesempatan pengolahan lahan dengan skala besar dan modern, serta upaya BUMDes yang memberi modal dan kesempatan pada penduduk untuk bergabung dalam usaha skala menengah dan kecil, bisa mengangkat kehidupan yang lebih baik kepada lebih banyak anak bangsa di desanya.
Dalam pidatonya Menteri juga membandingkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia, berkat penduduk masih relatif muda, masih bisa lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Sementara di negara maju penduduk lanjut usia kembali bekerja karena usianya yang makin panjang. Untuk itulah Menteri juga menggagas agar bonus demografi di Indonesia makin panjang agar kesempatan tenaga muda untuk berkiprah dalam pembangunan makin terbuka lebar. Kesempatan anak muda melakukan eksplorasi sumber daya alam untuk sebesar-besar kesejahteraan bangsa menjadi makin terbuka lebar dengan tekad tetap memeliharanya demi kepentingan generasi mendatang agar kekayaan alam tetap makin melimpah karena dipelihara dengan penuh kasih sayang. Dalam pidato itu
Menteri secara tidak langsung mengajak peserta Kongres IPADI melihat phenomena di daerahnya dalam pembangunan yang maha besar. Tidak langsung minta dipertajam upaya pembangunan dari desa melalui olahan Prudes bidang pertanian dan perkebunan yang berskala ekonomi besar dikaitkan sumber daya manusia di daerah. Perlu disiapkan sumber daya manusia yang menguasai teknologi modern yang diperlukan untuk memenuhi pasar dunia yang makin luas. Karenanya harus bisa dilihat kesempatan memenuhi kebutuhan pangan dan olahannya dalam skala dunia modern, sehat dan menjamin hidup sejahtera dalam usia harapan hidup yang panjang dan tetap sejahtera.
Pidato Kependudukan dalam Kongres IPADI itu tidak lagi berkutat pada promosi penggunaan kontrasepsi dalam program KB yang telah berhasil, tetapi mengajak semua kalangan membangun keluarga dan bangsa Indonesia yang modern dengan upaya industri maju, modern dan lestari yang sanggup bersaing dalam skala global yang dahsyat.
(Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Dewan Pakar Menteri Desa PDTT RI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar