Jumat, 23 Februari 2018

Minang kabau

Wilayah Minangkabau manuruik  tambo :

Nan salilik Gunuang Marapi
Saedaran Gunuang Pasaman
Sajajran Sago jo Singgalang
Saputaran Talang jo Kurinci
Dari sirangkak nan badangkang
Hinggo buayo putiah daguak
Sampai ka pinto rajo hilie
Hinggo durian ditakuak rajo
Sapisai-pisau hanyuik
Sialang balantak basi
Hinggo aia babaliak mudiak
Sampai ka ombak nan badabua
Sailiran batang sikilang
Hinggo lawuik nan sadidieh
Ka timua ranah Aia Bangih
Rao jo Mapat Tunggua
Gunuang Mahalintang
Pasisie Rantau Sapuluah
Hinggo Taratak Aia Itam
Sampai ka Tanjuang Simalidu,
Pucuak Jambi Sambilan Lurah

Sesuai dengan tambo tersebut, batas-batas wilayah Minangkabau dapat dinyatakan sesuai arah mata angin. Batas-batas daerah Minangkabau itu adalah:

Batas wilayah daratan
Sebelah utara dibatasi oleh Rao Mapat Tunggul.

Sebelah timur dibatasi oleh Tanjung Simalidu.

Sebelah tenggara dibatasi oleh Muko-Muko.

Sebelah barat laut dibatasi oleh Gunung Mahalintang.

Batas dengan lautan

Sebelah barat dan barat daya dibatasi oleh Samudera Hindia.

Sebelah utara, timur, dan timur laut dibatasi oleh SelatMalaka.

Selain itu, Negeri Sembilan di Malaysia juga dulunya merupakan bagian dari wilayah Minangkabau. Hal ini berasal dari para pedagang Minangkabau yang berlayar hingga ke negeri seberang, dan mendirikan Negara di sana. Hal ini menandakan bahwa begitu luas dan tersebarnya wilayah Minangkabau zaman dahulu. Jadi, dapat disimpulkan wilayah Minangkabau yang sebenarnya lebih besar dari wilayah administratif Sumatera Barat sekarang.

Pemakaian nama Sumatera Barat dan pergeseran batas-batas wilayah Minangkabau itu diawali sejak masuknya kolonial Belanda. Saat itu wilayah Minangkabau disebut sebagai Residentie vant Sumatra Westkust. Setelah era kemerdekaan pun Sumatera Barat masih sering disebut dengan “Minangkabau”, yang wilayahnya berbatasan dengan Sumatera Utara di sebelah utara, Jambi dan Riau di sebelah selatan, Samudera Hindia di sebelah barat, dan Riau di sebelah timur (Samad, 2002: 103). Jadi, wilayah Minangkabau saat ini sama dengan wilayah Provinsi Sumatera Barat, tanpa Kepulauan Mentawai. Di wilayah inilah Salawat Dulang lahir dan terus berkembang hingga saat ini.

Dalam konteks sosial budaya, wilayah Minangkabau ini terbagi lagi atas tiga, yaitu wilayah darek (darat), pasisia (pesisir), dan rantau. Wilayah darek ini dianggap sebagai sumber dan pusat adat Minangkabau, dan terletak di dataran tinggi. Wilayah ini terbagi lagi atas tiga wilayah yang disebut luhak, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluh Koto. Kota-kota yang termasuk ke dalam tiga luhak ini antara lain Bukittinggi, Payakumbuh, Lubuk Basung, dan Batu Sangka (Amir, 1998: 11).

Wilayah pasisia (pesisir) adalah wilayah yang berada di sepanjang pantai, mulai dari Padang Pariaman, Painan, dan Pasisia Selatan. Wilayah rantau adalah wilayah yang dulunya berada di bawah pengaruh kerajaan Minangkabau atau wilayah yang merupakan perluasan kerajaan Minangkabau. Wilayah tersebut antara lain Air Bangis, Lubuak Sikapiang, Kerinci, Indrapura, Muara Labuh, Bangkinang, Lembah Kampar Kiri, Kampar Kanan, dan Rokan (Samad, 2002: 105). Menurut Mansoer, (1970: 3) pengertian wilayah rantau saat ini sudah mengalami perluasan. Wilayah rantau adalah tempat berusaha, mencari ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman bagi orang Minang, di luar wilayah Minangkabau.

Kondisi topografis wilayah Minangkabau tidak hanya datar. Di wilayah ini terdapat bukit-bukit (di antaranya Bukit Barisan), gunung (Marapi, Singgalang, Talang), sungai, dan danau (Maninjau, Singkarak, Danau Ateh dan Bawah). Selain masih didominasi oleh hutan-hutan, curah hujan pun cukup tinggi sehingga tanahnya pun subur. Jika dikaitkan dengan tradisi dan kesenian Minang, kondisi daerah yang berbukit-bukit dan kadang terpisah oleh jarak ini sangat mungkin menjadi sebab munculnya beberapa tradisi dan kesenian yang hanya dimiliki oleh daerah 

Setiap orang yg mengaku sebagai suku Minangkabau wajib mengetahui batas tanah ulayat nenek moyangnya. Agar jangan terjadi " cupak lah di asak dek urang manggaleh, jalan lah di asak dek urang lalu. ( bahkan lah jauh jalan kini di asak dek marapulai jo  anak daro.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar